BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Menurut Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan sudut pandang teori
post modern yakni kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi
janji. Dalam karya satra terjadi ketika masa reformasi yang dimulai pada tahun 1998,
yakni ketika runtuhnya rezim Soeharto. Masyarakat yang semula tidak bebas dalam
mengembangkan pikiran melalui pendapat dan sebuah kritikan kala itu
memndapatkan hak kebebasan. Sehingga tidak lagi menutupi kritikan atau pendapat
mengenai pemerintahan saat itu, melainkan masyarakat dengan bebas
mengkespresikan diri, pikiran dan kritikan melalui karya sastra. Sehingga gaya
yang ada dalam karya sastra pada masa reformasi mulai mengalami perubahan yakni
kebebasan dalam tulisan atau karya. Dalam karya drama Dag-Dig-Dug mengulas
makna terkandung dalam teori postmodern berupa sinosis dan analisinya.
Teori poskolonial dapat didefinisikan sebagai teori kritis yang
mencoba mengungkapkan akibat-akibat ditimbulkan oleh kolonialisme (Ratna,
2008:120). Analisis postkolonial dapat digunakan di satu pihak untuk menelusuri
aspek-aspek tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan sehingga dapat
diketahui cara kekuasaan itu bekerja, dipihaklain membongkar disiplin, lembaga,
dan ideologi yang mendasarinya. Dalam novel Surapati dan Robert Anak Surapati
(SdRAS) menganalisis teori postkolonial yang terkandung di dalamnya.
Rumusan Masalah
- Jelaskan
sinopsis dan analisis karya sastra drama Dag-Dig-Dug?
- Di
bagian potongan drama tersebut di mana terdapat penjelasan teori postmodernisme?
- Jelaskan
sinopsis dan analisis karya sastra novel Surapati dan Robert Anak Surapati (SdRAS)?
- Di
bagian potongan novel tersebut di mana terdapat penjelasan teori
postkolonialisme?
Maksud dan
Tujuan
Pada
makalah Teori Sastra kali
ini memiliki maksud dan
tujuan:
1. Untuk
memberikan penjelasan mengenai drama Dag-Dig-Dug berupa sinopsis dan
analisannya;
2. Untuk
memberikan penjelasan mengenai Novel Surapati dan Robert Anak Surapati (SdRAS)
berupa sinopsis dan analisannya;
3. Dan
juga untuk memenuhi tugas makalah.
URAIAN
Penerapan Teori Sastra
Postmodernisme pada Drama Dag-Dig-Dug
Teori
Sastra Potmodernisme
Postmodernisme
dalam karya satra terjadi ketika masa reformasi yang dimulai pada tahun 1998,
yakni ketika runtuhnya rezim Soeharto. Masyarakat yang semula tidak bebas dalam
mengembangkan pikiran melalui pendapat dan sebuah kritikan kala itu
memndapatkan hak kebebasan. Sehingga tidak lagi menutupi kritikan atau pendapat
mengenai pemerintahan saat itu, melainkan masyarakat dengan bebas
mengkespresikan diri, pikiran dan kritikan melalui karya sastra.
Sehingga gaya
yang ada dalam karya sastra pada masa reformasi mulai mengalami perubahan yakni
kebebasan dalam tulisan atau karya. Teori postmodernisme diterapkan dalam drama
dag-dig-dug.
Sinopsis
Drama Dag-Dig-Dug
“Suami
dan istri, tuan rumah kos, mendapat kiriman surat yang menyatakan bahwa salah
satu dari anggota keluarga mereka yang bernama Chairul Umam telah meninggal
dunia karena tabrak lari oleh pengendara sepeda motor di Jakarta. Suami istri
mengalami kesulitan untuk mengingat nama Chairul Umam, bagi mereka, selama ini
belum pernah menampung anak kos yang bernama Chairul Umam.
Pada
pagi harinya, mereka dikunjungi dua orang tamu yang tidak dikenal. Mereka
membawa uang ansurasi kecelakaan untuk Chairul Umum. Karena uang, mereka pun
mengakui bahwa Chairul Umam memang anggota keluarnya. Ketika para tamu sudah pulang,
uang itupundihitung, ternyata kurang dan tidak sesuai dengan nilai nominal
sebagaimana ditulis dalam kuitansi. Suami Istri itu pun takut jika dikatakan
mencatut uang itu. Akhirnya, mereka mengembalikan uang itu dan kekurangan uang
itu mereka tutupi dengan sisa pelunasannya.
Selang
beberapa tahun kemudian, suami dan istri ini semakin tua. Mereka mulai sibuk
memikirkan waktu kematiannya sekaligus perlengkapan penguburannya, seperti
marmer, semen, pasir, dan peti jenazah. Mereka sangat takut jika uang yang
dimilikinya cepat habis sebelum sempat membeli perlengkapan pemakaman itu.
Akibat sibuk memikirkan kematian, mereka sampai melupakan hak dan kewajibannya
pada anak-anak kos dan pembantunya. Bahkan, merekamemfitnah sekaligus menguras
tenaga pemantunya yang bernama Cokro. Akibatnya, Cokro dendam kepada mereka .
ketika merasa hari kematian sudah dekat Cokro memanfaatkan keadaan situasi.
Ketika mereka sudah tidur di peti jenazah, peti ditutup rapat oleh Cokro. Pada
saat itu, Cokro merasakan detak jantungnya dag-dig-dug.”
Analisis
Drama Dag-Dig-Dug
Absurditas
Pada Drama Dag-Dig-Dug
Ditinjau
dari alur
Drama ini
memiliki alur memutar. Dari awal dan kembali ke masalah awal sehingga tampak
cerita menjadi kosong. Contoh :
“Chairul Umam yang ditabrak lari. Setelah itu, datanglah dua wartawan ke
rumah istri dan suami yang sesungguhnya tidak mengenal Chairul Umam. Akan
tetapi, dua tamu itu justru datang dan menyerahkan uang asuransi kecelakaan
kepada suami istri tersebut. Suami istri itu tidak bisa menolak. Akan tetapi,
dua hari kemudian, setelah dihitung, ternyata jumlah uang yang ada dalam amplop
kurang. Suami istri ini ketakukan jikan dibilang menipu. Akhirnya mereka
mengembalikan uang tersebut berikut dengan kekurangannya”.
Ditinjau
dari dialog
Antara dialog
satu dengan dialog lainnya kadang-kadang tidak berhubungan. Seolah-olah cerita
yang tidak berhubungan itu dibiarkan dihubungkan oleh pembacanya. Contoh:
suami: siapa ?
Istri
: lupa lagi?
Suami
: tadi malam hapal. Siapa?
Istri
: ingat-ingat dulu
Suami:
lupa bagaimana ingat?
Istri
: coba-coba! Nanti dberitahu lupa lagi.jangan dibiaakan otak manja…
Dialog diatas menghadirkan sebuah permasalahan
menyangkut nama Chairul Umam. Akan tetapi sebelumnya tidak ada arahan mengenai
siapa itu Chairul Umam.
Ditinjau
dari tokoh
Drama ini
menghadirkan tokoh-tokoh yang tidak diberi nama, selayaknya nama pada drama
konvensional. Contoh : tokoh- tokoh yang hadir adalah suami, istri, tamu I,
tamu II.
Dominasi Dan Perlawanan Kelas (Kelas Atas – Bawah
)
Dominasi
kaum majikan yang dipresentasikan oleh tokoh suami dan istri yang dilakukan
pada anak-anak kos majikan dan pembantu majikan (Cokro). Contoh:
a) Anak kos sesungguhnya telah
melunasi pembayaran, akan tetapi setelah rumah itu lunas, majikan (istri dan
suami) belum mau meninggalkan rumah yang ditempatinya.
b) Cokro tidak saja wajib bekerja,
akan tetapi Cokro juga difitnah telah menaruh bangkai seekor kucibg di peti
mereka.
Suami
: kucing mati!
(istri
mendekat, memegang hidungnya dan melihat)
Suami
: ini pasti Cokro. Kroooo ! Cokroooo!
Istri
: Cokrooo !!!!!!
Perlawanan Kelas Proletar (Kelas Bawah) Kepada Kelas Atas (Majikan)
Pertentangan terhadap kaum majikan dilakukan oleh
Cokro. Akibat perlakuan-perlakuan yang diskriminatif majikan kepada dirinya,
Cokro melakukan perlawanan-perlawanan. Perlakuan yang dilakukan Cokro adalah
pembangan-pembangkangan terhadap perintah majikan dan pada akhirnya Cokro
melakukan pembunuhan kepada majikannya itu.
Penerapan Teori Sastra
Postmodernisme pada Novel Surapati dan Robert Anak Surapati (SdRAS)
Teori
Postkolonialisme
Tonggak kelahiran postkolonial
ditandai dengan terbitnya buku Edward W Said (1978), orientalism. Tesis utama
buku nkarya Said tersebut menggunakan pendekatan hubungan antara kekuasaan dan
pengetahuan. Sebagaimana dilontarkan oleh Michael Foucault dalam bukunya, The Archeology of Knowledge (1972) dan Discipline and Punish: The Birth of the
Prison (1977), kaum orientalis berpendapat bahwa masalah studi ilmiah Barat
mengenai Timur tidaklah semata-mata didorong oleh kepentingan pengetahuan,
tetapi juga kepentingan kolonisme. Pengetahuan bagi kaum orientalis adalah
memepertahankan kekuasaan, yakni pengetahuan yang dipenuhi dengan visi-misi
politis ideologis.
Sinopsis
Novel SdRAS
“Si
Untung adalah budak yang dibeli dikhususkan untuk menjaga anak perempuan Tuan
Eedeler Moor yang bernama Suzane, tetapi Si Untung merasa marah dan benci serta
dendam ketika melihat budak lain disiksa selayaknya binatang. Si Untung pun
melakukan perlawanan yaitu menikah dengan
Suzane tanpa seizin ayahnya, serta mengandung bernama Robert. Pada saat
itu terkuak dan bercerai, Suzane jatuh sakit dan meninggal, dia mentipkan
anaknya padaTuan Jozef untuk mengurus anaknya.
Ketika
itu, Tuan Jozef menganggap anak, tapi kemudian Tuan Jozef jatuh sakit dan
meninggal. Si Untung mengumpulkan para budak untuk melakukan perlawanan kepada
majikannya dan mendapatkan nama baru dari Raja Cerebon, yakni Raden Surapatih
lalu berhasil mendirikan kerjaan di Pasuruan.
Identitas
Robert pun tebuat, ia pun menjadi pasukan Belanda untuk meneruskan hidupnya dan
melawan ayahnya Raden Surapatih. Robert mengetahui bahwa Raden Surapatih adalah
ayahnyatetap saja berpisah dengan Belanda. Akhirnya, anaknya meninggal di bawah
kekuasaan ayahnya, Raden Surapatih.
Analisis
Novel SdRAS
Relasi
Perbudakan
Relasi yang dimaksudkan adalah
relasi-relasi dominasi antara Barat dan Timur sebagai penjajah dan sebagai
pihak terjajah. Relasi antara Barat dan Timur adalah relasi kekuatan-kekuatan,
dominasi, relasi berbagai derajat hegemoni yang kompleks (Said, 1978:5).
Bertolah dari konsep orientalisme Said, novel SdRAS memperlihatkan
relasi-relasi dominasi sekaligus dieksploitasi dengan pribumi (budak).
Awal cerita novel SdRAS, Tuan
Edeleer Moor memiliki banyak budak yang dipekerjakan untuk mengurus kebun dan peralatan
rumah tangga. Budak-budak ini disiksa, dihina, dan diharuskan bertabiat engaki
dan menyembah kepada majikannya. Itulah cara Belanda menghilangkan identitas
pribumi sebagai manusia, menggantikan identitas kemanusiaan itu dengan
identitas binatang.
Resitensi
Radikal Kaum Budak
Dalam novel SdRAS, perlawanan kaum
budak terhadap kaum majikan sangat kental. Selain melakukan mimikri, kaum budak
digambarkan melakukan perlawanan masyarakat terjajah terhadap kekuasaan kolonial.
Resistensi radikal dicirkan adanya rencana-rencana pergerakan terorganisasi
yang dilakukan dengan menyerang secara langsung melalui peperangan atau dengan
memproduksi teks atau bacaan (Gilbert and Lo, 1998:12). Contoh: berawal dari
kesadaran diri Si Untung akan diri dan teman-temannya sebagai kaum budak yang
ditindas dan didominasi oleh kaum majikan.
Unsur
Intrinsik Tokoh atau Watak
Untung : budak
Eedeler Moor : orang Belanda yang mengankat si Untung menjadi Budak.
Suzane : baik, cantik, dan pintar
Kiyai Ebun : guru di Untung, baik
Wirajuda : kawan si Untung, baik
Kapten Ruys : yang mempimpin pasukan belanda.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Analisis
Drama Dag-Dig-Dug
a. Absurditas
Pada Drama Dag-Dig-Dug
-
Ditinjau dari alur
-
Ditinjau dari dialog
-
Ditinjau dari tokoh
Pada babak Berdasarkan analisis tersebut dalam
naskah drama yang berjudul “DAG DIG DUG” karya PUTU WIJAYA setelah dianalisis
secara struktural.Pada babak pertama, titik permasalahan terpusat pada
identitas Chairul Umam yang tidak jelas sehingga mereka harus merelakan uang
tabungan untuk menambah kekurangan uang milik Chairul Umam yang akan
dikembalikan untuk pemakamannya. Pada babak kedua, permasalahan yang menimbul
pada kemarahan Cokro yang memuncak sebagai bentuk protes terhadap perlakuan
suami dan istri tersebut.lkan konflik lebih banyak terletak pada masalah
pengelolaan uang pembangunan makam. Babak ketiga titik permasalahan
terletak memberikan sejumlah
pembelajaran yang penting bagi kehidupan dimana tokoh Suami dan tokoh Istri
yang memiliki karakter yang sama sama seenaknya sendiri terhadap tokoh cokro
yang tidak lain adalah adik dari tokoh Istri yang dulu tinggal di kampung dan
dijanjikan di kota untuk menjadi orang yang sukses. Tapi kenyataannya malah
menjadi pembantu. Untuk menghindari konflik dari keluarga tersebut cokro yang
sabar menjadi memiliki sifat pendendam kepada tokoh Suami dan tokoh Istri karena
perilakuan kedua tersebut.
2. Analisis
Novel SdRAS
a. Relasi
Perbudakan
b. Resitensi
Radikal Kaum Budak
c. Unsur
Intrinsik Tokoh atau Watak
Novel
Surapati ini termasuk novel sejarah. Cerita ini dapat membantu pembaca
menelusuri kejayaan masa lalu dan merasakan semangat perjuangan yang
dipancarkan. Novel ini pun memberikan motivasi bagi para pembaca untuk
mencintai bangsanya sendiri yang sudah diperjuangkan. Penulis banyak
mengobarkan semangat perjuangan dan cinta tanah air.
Saran
Dalam
sebuah novel selain mempunyai beberapa kelebihan, tentunya mempunyai beberapa
kekurangan. Yaitu:
- Dalam cerita tersebut terdapat
pengajaran yang buruk bagi si pembaca dan beberapa etika yang tidak baikyang
dapat ditiru oleh si pembaca.
- Tokohnya terlalu banyak sehingga dapat
membingungkan pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Waluyo,
H. J. P. D. (2003). Drama: Teori dan
Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Ghara Widia.
2. Wijaya,
P . (1994). Dag Dig Dug (Sandiwara
Tiga Babak). Jakarta: Balai Pustaka.
4. http://hafidzdotorg.wordpress.com/2013/10/11/pengertian-resensi
dan-contoh-resensi-novel/
No comments:
Post a Comment