BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pengamatan
meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan
pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit
di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya
data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan
perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi
pemerintah dengan nama Magnetisch en
Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan
sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet
bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada
tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn
pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912
dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan
sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada
tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,
nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro
Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia
khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara.
Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan
Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya
diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah penyerahan
kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya,
pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (World Meteorological
Organization atau WMO) dan Kepala
Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent
Representative of Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi
dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada
tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika,
kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubugan Udara. Pada tahun 1972,
Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi
dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan,
dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon
I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, tetap berada di bawah Departemen
Perhubungan. Terakhir pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46
dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap
sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui
berbagai macam alat-alat untuk pengukuran iklim atau dengan sebutan klimatologi.
2.
Tujuan
Khusus
Untuk mengetahui alat-alat curah
hujan; untuk
mengetahui fungsi alat-alat klimatologi; dan untuk mengetahui tujuan dari
pemakaian alat-alat klimatologi.
C. Manfaat
Manfaat
dari pengukuran klimatologi adalah untuk membantu pertanian kapan musim tanam
atau musim panen tiba; mengetahui titik rawan banjir pada suatu daerah dan bila
mengetahui tersebut maka dapat diantisipasi agar tidak terjadi banjir.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aktinograf
Bimetal.
Alat
ini berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu satu hari, dipasang
pada tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi 120 cm. Alat ini dinamakan
bimetal karena prinsip kerja alat terdiri dari dua buah lempengan logam yang berbeda
warna sebagai sensor, yaitu lempengan berwarna putih mengkilat dan warna hitam gelap.
Perbedaan selisih nilai pemuaian kedua lempengan tersebut dipakai sebagai dasar
pengukuran dan perbedaan ini akan mengakibatkan beda pemuaian pada kedua lempengan
tersebut, sehingga menimbulkan gerak pada pena dan akan melukis padakertas pias
yang dipasang pada silinder jam. Arah lempeng logam dipasang searah dengan
peredaran matahari yaitu arah Timur – Barat. Pias dipasang pada jam 07.00 dan
diangkat jam 18.00 WITA. Besarnya total radiasi matahari dapat diketahui dengan
menghitung luas lukisan pada kertas pias dengan menggunakan alat Planimeter.
B.
Campbell Stokes
Alat ini berfungsi untuk mengukur lamanya
penyinaran matahari . Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis
tengah/diameter 10 – 15 cm, berfungsi sebagai lensa cembung (konvex) yang dapat
mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api (fokus), dan alat ini dipasang
di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
tanah. Lamanya penyinaran matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari
tepat mengenai kertas pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada
pias akanterlihat bagian yang terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan
lamanya penyinaran matahari.
Pada kertas pias
terdapat skala jam, sehingga dapat dijumlahkan berapa lamanya matahari bersinar
terang / cerah. Pias akan mulai terbakar bila sinar matahari > 0.3 cal/cm2
atau 209,34 WM2. Pias Campbell Stokes ada 3 macam, yaitu :
A. Pias
lengkung panjang dipasang antara tanggal 11 Oktober – 28/ 29 Februari.
B. Pias
lengkung pendek dipasang antara tanggal 11 April – 31 Agustus.
C. Pias
lurus dipasang antar tanggal 1 Maret – 10 April dan 1 September – 10 Oktober.
Waktu
pengamatan : pias dipasang jam 06.00 diangkat jam 18.00 WITA.
C.
Gun Bellani Integrator
Fungsi alat ini
sama dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total radiasi matahari selama
satu hari sejak matahari terbit hinga terbenam. Alat ini tidak secara langsung
mengukur radiasi matahari, tetapi melalui suatu proses penguapan zat cair terlebih
dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan berbanding lurus dengan total radiasi
matahari yang diterima. Alat Gun Bellani ini
terdiri dari bagian sensor berbentuk bulat hitam yang berisikan air dan dihubungkan
dengan tabung buret yang berskala dalam satuan milimeter. Radiasi yang diterima
oleh sensor mengakibatkan sensor menjadi panas sehingga zat cair yang ada dalam
sensor menguap, kemudian uap air ini akan mengkondensasi dibagian bawah tabung
buret. Pengamatan dilakukan dengan membaca jumlah air yang terkondensasi pada
tabung buret, kemudian alat dibalik sehingga posisi bola hitam berada dibagian
bawah dan air akan masuk ke dalam sensor. Selanjutnya alat dibalik kembali,
sensor ada dibagian atas dan zat cair tetap berada dalam bola hitam. Sedikit zat
cair yang tumpah kedalam tabung buret dibaca sebagai skala awal kemudian alat diletakkan
kembali kedalam silinder pelindung. Besarnya penambahan volume air yang terkondensasi
dapat diketahui dengan cara, yaitu : Jumlah pembacaan hari ini dikurangi dengan
skala awal hari sebelumnya, Waktu
pengamatan dilakukan setiap pagi jam 07.00 WITA.
D.
Penakar
Hujan Manual Type Observatorium
Berfungsi untuk mengukur jumlah curah
hujan. Alat ini dipasang diatas tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120
cm daripermukaan tanah sampai mulut corong penakar, luas penampang corong yaitu
100 cm2 dengan kapasitas menampung curah hujan ± 5 liter, dan ditengah corong
penakar dipasang kran. Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan
melalui kran dan ditakar dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm.
Waktu pengamatan : pengamatan dilakukan jam 07.00 WITA dengan membuka kran dan
menampung air hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang menunjukkan
jumlah curah hujan yang terjadi selama 24 jam.
E.
Open Pan Evaporimeter
Berfungsi untuk
mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu. Alat ini berupa
sebuah panci bundar besar terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat dengan
garis tengah/diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm. Panci ini ditempatkan diatas tanah
berumput pendek dan tanah gundul, dimana alat tersebut diletakkan diatas
pondasi terbuat dari kayu yang bagian atas kayu dicat warna putih gunanya untuk
mengurangi penyerapan radiasi. Tinggi air dari bibir panci ± 5 cm, bila air
berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai. Waktu
pengamatan : pengamatan I, II, III ( Jam 07.30, 13.30, 17.30 WITA). Penguapan
Panci Terbuka pada tanah berumput pendek dilengkapi dengan alat Hook Gauge,
Still Well dan Thermometer Air Penguapan Panci Terbuka pada tanah gundul
dilengkapi dengan alat Hook Gauge, Still
Well, Thermometer Air, Flaoting Thermometer maksimum/ minimum dan Cup Counter Anemometer. Alat pengukur
penguapan tersebut diatas dilengkapi dengan :
1.
Hook Gauge
Yaitu suatu alat untuk mengukur
perubahan tinggi permukaan air dalam panci, terdiri dari sebuah
batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut yang
digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat
menyentuh pada permukaan air panci. Besarnya perubahan volume air dapat
dihitung dengan membaca skala milimeter pada batang mikrometer, dan skala
seperseratus milimeter dibaca dari mur yang mengelilingi batang mikrometer. Perhitungan
dilakukan dengan rumus :
dimana : Eo = Jumlah air yang
dievaporasikan
Po
= Pembacaan awal dari permukaan air yang
Ditunjukkan
oleh mikrometer
P1
= Pembacaan akhir setelah terjadi evaporasi
2.
Still Well
Berupa bejana yang terbuat dari logam
(kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat
sebuah skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal.
Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama
tinggi dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat
meletakkan hook gauge, juga membuat air
dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan
ujung pancing dapat lebih mudah dilakukan.
3.
Thermometer Air
Thermometer air ini adalah thermometer
air raksa yang dipasang tegak lurus dengan menggunakan klem, letak bola
thermometer dibawah permukaan air, sehingga suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan
pengamatan.
D. Floating
Thermometer Maksimum dan Minimum
Digunakan untuk mencatat suhu maksimum
dan minimum air yang terjadi selama 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah
pipa gelas yang berbentuk U dengan dua buah bola pada ujungnya. Thermometer
dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit dibawah permukaan
air oleh pelampung alumunium. Suhu maksimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks
dalam thermometer atas dan suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks
dalam tabung bawah. Untuk menyetel kedudukan indeks kembali, setelah suhu
dibaca digunakan magnet batang
E. Cup
Counter Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin
selama periode waktu tertentu. Alat ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci,
dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah. Alat ini terdiri dari 3 buah
mangkok yang akan berputar bila tertiup angin, dimana bagian bawah mangkok
terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangkok tersebut.
Untuk mengetahui kecepatan angin pada
periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka
counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi
dengan periode waktu pengamatan.
F. Penakar
Hujan Otomatis Type
Hellmann
Alat ini berfungsi untuk mengukur
intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120
cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200
cm2. Pada alat ini terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemasangan pias,
sehingga akan dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.
Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan terkumpul
dalam tabung. Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan dengan
tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan pelampung,
maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak keatas. Gerakan pena
tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder jam, jika gerakan
pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun melalui
pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras habis
sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol, jika
hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya. Waktu pengamatan
: pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian pias dilakukan pada
jam 07.00 WITA.
G. Cup
Counter Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin
rata-rata selama periode tertentu. Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok yang akan
berputar bila tertiup angin, pada bagian bawah mangkok terdapat angka counter
yang mencatat perputaran mangkok tersebut, dan alat ini dipasang diatas tiang
pipa besi setinggi (½ m, 2 m, 10 m) dari permukaan tanah. Untuk mengetahui
kecepatan rata-rata angin pada periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi
hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan
sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan. Waktu pengamatan :
pengamatan I, II, III (Jam 07.00, 14.00, 18.00 WITA).
H. Thermometer
Tanah
Berfungsi untuk mengukur suhu tanah
dengan kedalaman yang berbeda, yaitu : 0 cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10
cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini menggunakan cairan air raksa dan
diletakkan di tanah yang permukaan tanahnya berumput pendek, dan tanah gundul.
Untuk thermometer dengan kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang
dengan sudut kemiringan 60º dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan
pembacaan. Untuk thermometer dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan
thermometer berselubung/ tabung logam tembaga/kuningan. Bagian bawah bola
thermometer diisi dengan parafin/lilin, hal ini dimaksudkan untuk memperlambat
perubahan suhu ketika diangkat saat pengamatan/ pembacaan. Waktu pengamatan :
pengamatan I, II, III (Jam 07.30, 13.30, 17.30 WITA)
I. Thermometer
Minimum Rumput
Berfungsi untuk mengukur suhu terendah/
minimum rumput pada suatu periode pengamatan. Cairan yang digunakan pada
thermometer ini adalah alkohol. Pada pipa kapiler berisikan indeks (batang kaca
kecil). Thermometer ini dipasang dengan posisi horizontal di permukaan tanah
berumput pendek dan dijepit pada tempat khusus yang terbuat dari alumunium yang
bagian atasnya dihalangi semacam atap supaya tidak terkena langsung sinar matahari.
Prinsip kerja thermometer ini, yaitu jika suhu turun, alkohol akan menyusut dan
permukaan alkohol akan menarik indeks ke arah skala lebih kecil, sebaliknya
jika suhu naik, permukaan alkohol akan naik sedangkan indeks tetap tertinggal
menunjukkan skala yang terendah yang dicapai suhu udara. Waktu pengamatan : dilakukan
pada jam 07.00 WITA. Setelah dilakukan pengamatan/ pembacaan skala, posisi
indeks harus dikembalikan ke posisi suhu pada waktu itu.
J. Sangkar
Meteorologi
Sangkar
meteorologi ini berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar
tehindar dari sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat
dari kayu jati yang dicat warna putih, bentuknya segi 4, dengan setiap dinding diberi
jalusi berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu, semua itu maksudnya
agar didalam sangkar ada sirkulasi udara.
Ada empat jenis sangkar yang sama,
diantaranya tiga sangkar dengan ketinggian 120 cm, dan satu sangkar dengan
tinggi 20 cm dari permukaan tanah, yaitu :
1.
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian
120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdiri dari
alat (Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
2.
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm
yang ditempatkan pada permukaan tanah berumput, didalamnya terdiri dari alat (Thermometer
bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum)
3.
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian
120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdapat alat (Kessner
Evaporimeter, dan Piche Evaporimeter) .
4.
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 20
cm yang ditempatkan pada
5.
permukaan tanah gundul, didalamnya
terdiri dari alat (Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
BAB
III
PELAKSANAAN
KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 18 Desember 2012
Waktu : 09.00 - 11.00 WITA
Tempat : Lapangan Badan Meteorologi dan
Klimatologi Banjarbaru
B. Jenis kegiatan
Pengamatan
alat-alat Klimatologi
C. Alat dan Bahan
1. Buku
dan alat Tulis;
2. Kamera.
D. Uraian Kegiatan
1. Mendengarkan
petugas pengukuran klimatologi memperkenalkan alat-alat untuk mengukur curah
hujan, intensitas penyinaran matahari dll;
2. Mencatat
apa yang telah disampaikan oleh petugas pengukuran klimatologi;
3. Mendokumentasikan
alat-alat klimatologi dengan kamera.
BAB
IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Aktinograf Bimetal.
Alat
ini berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu satu hari, dipasang
pada tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi 120 cm.
2.
Campbell Stokes
Alat ini berfungsi untuk mengukur lamanya
penyinaran matahari.
Lamanya penyinaran matahari
dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas pias yang
khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akan terlihat bagian yang
terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan lamanya penyinaran matahari.
3. Gun Bellani Integrator
Fungsi alat ini sama
dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total radiasi matahari selama satu
hari sejak matahari terbit hinga terbenam
4.
Penakar
Hujan Manual Type Observatorium
Berfungsi untuk mengukur jumlah curah
hujan.
3.
Open Pan Evaporimeter
Berfungsi untuk
mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu.
A. Hook Gauge
Yaitu suatu alat untuk mengukur
perubahan tinggi permukaan air dalam panci, terdiri dari sebuah
batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut yang
digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat
menyentuh pada permukaan air panci.
Still Well
Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah dilakukan.
Thermometer Air
Thermometer air ini adalah thermometer air raksa yang dipasang tegak lurus dengan menggunakan klem, letak bola thermometer dibawah permukaan air, sehingga suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan pengamatan.
Floating Thermometer Maksimum dan Minimum
Digunakan untuk mencatat suhu maksimum dan minimum air yang terjadi selama 24 jam.
Cup Counter Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci, dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah.
Penakar Hujan Otomatis Type Hellmann
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200 cm2.
Still Well
Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah dilakukan.
Thermometer Air
Thermometer air ini adalah thermometer air raksa yang dipasang tegak lurus dengan menggunakan klem, letak bola thermometer dibawah permukaan air, sehingga suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan pengamatan.
Floating Thermometer Maksimum dan Minimum
Digunakan untuk mencatat suhu maksimum dan minimum air yang terjadi selama 24 jam.
Cup Counter Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci, dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah.
Penakar Hujan Otomatis Type Hellmann
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200 cm2.
No comments:
Post a Comment