Monday, 26 November 2012

PEWARNAAN GRAM



LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

PEWARNAAN GRAM

Nama Praktikan
NIM
Tanggal Kumpul
Tanda tangan
Tria Wardhani
PO7133112041
19 November
2012
Praktikan
Pembimbimg




KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA III
KESEHATAN LINGKUNGAN
BANJARBARU
2012




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang bayak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi guna pencirian dan identifiknsi bakteri. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dam Gram negatif. Bakteri Gram positif berwarna ungu karena bnkteri tersebut mengikat kompleks zat warna kristal ungu-iodium, sednngkan bakteri Gram negntif berwnrna merah karena mengikat zat warna sekunder yang berwarna  merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur dinding sel bakteri don perbedaan kandungan asam ribonukleat antnara bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Pewarnaan dengan zat warna yang mengandung yodium menyebabkan amilopektin berwarna biru atau keunguan, sedangkan glikogen berwarna merah kecoklatan atau merah keunguan. Dengan melakukan pewarnaan sangat memungkinkan kita untuk melihat bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri yang berbeda dengan morfologi yang sama.
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokos, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada kokus dibagi monokokus (satu buah bakteri berbentuk kotak), diplokokus, sampai sthapylococcus (bentukknya mirip buah anggur). Khusus pada spiral hanya di bagi dua yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung. Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negative ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah (textbook, 2008). Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat di identifikasi dengan mudah, selain itu, ada endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stress karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut dilingkungan sampai kondisi menjadi baik (ncbi, 2008).


A.    Tujuan

Praktikum pewarnaan gram memiliki tujuan:
1.      Untuk mengetahui sifat bakteri;
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada saat pewarnaan gram;
3.      Untuk mengetahui teknik pewarnaan  gram;
4.      dan juga untuk memenuhi tugas laporan praktikum.

B.     Manfaat
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme karena zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan lingkungannya ditingkatkan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan DenmarkHans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.

B.     Sejarah Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli histologik Christian Gram (1884). Dengan pewarnaan Gram, bakteri-bakteri dapat dibagi atas 2 golongan yaitu Gram positif dan Gram negatif. Gram positif warnanya violet (ungu) karena mengikat zat warna utama “kristal violet”. Sedangkan Gram negatif berwarna merah jambu karena melepaskan zat warna utama dan menangkap zat warna penutup ”fuchsin”. Prinsip atau pokok-pokok pewarnaan Gram meliputi 4 tingkatan yaitu :
1.      Pewarnaan dengan zat warna utama (kristal gentian violet yang warnanya violet).
2.      Merekatkan (mengintensifkan) dengan suatu larutan mordant, yaitu larutan lugol (J-KJ).
3.      Menambahkan zat decolorisasi (bahan peluntur) misalnya alkohol atau alkohol-asam.

1.      Pemberian zat penutup (counter stain), misalnya : larutan fuchsin, safranin, dll.
Pulasan menurut Gram mempunyai banyak modifikasi, sebaiknya pakailah salah satu cara saja diantara yang banyak. Kesalahan biasanya terdapat pada ”overstaining” dan ”overdecolozing”, yaitu terlalu lama memberikan zat-zat warna atau pancucian dengan alkohol. Akibatnya Gram-positif dapat menjadi Gram negatif. Teknik mewarnai hendaknya dikontrol juga dengan melakukan pemulasan terhadap bakteri yang telah diketahui Gramnya. Larutan-larutan zat warna yang digunakan senantiasa diperiksa, apakah sudah terdapat kristal-kristal atau kotoran-kotoran lainnya. Gunakanlah selalu larutan-larutan zat warna yang disaring dengan kertas saring.
Perlu kita ketahui bahwa perbedaan sifat antara kedua golongan bakteri tadi, tidaklah absolut tegas dan spesifik, melainkan tergantung juga pada beberapa faktor, antara lain:
1.       Bakteri-bakteri Gram positif sering kali tidak dapat menyerap dan mengikat zat warna kristal violet, terutama apabila dibuat preparat dari bakteri-bakteri biakan murni yang telah tua (rough).
2.      Ada bakteri-bakteri tertentu yang sangat peka terhadap cara-cara yang mengalami sedikit perubahan.
3.      Selain daripada itu ada juga bakteri-bakteri yang bersifat ”gram variable”, dll.
4.      Gentian violet dapat diganti dengan crystalviolet atau methylviolet, jika gentian violet tidak ada.


A.    Pengertian Violet gentian
Nama "gentian violet" (atau Gentianaviolett dalam bahasa Jerman) diperkirakan telah diperkenalkan oleh apoteker George Jerman Grübler yang pada tahun 1880 menciptakan sebuah perusahaan di Leipzig yang mengkhususkan diri dalam penjualan reagen pewarnaan untuk histologi .The gentian violet noda dipasarkan oleh Grübler mungkin berisi campuran pewarna pararosaniline alkohol. Noda terbukti populer dan pada tahun 1884 digunakan oleh Hans Christian Gram untuk noda bakteri. Dia dikreditkan Paul Ehrlich untuk campuran violet anilin-gentian.  gentian violet Grübler itu mungkin sangat mirip, jika tidak identik, untuk metil ungu Lauth itu yang telah digunakan sebagai noda oleh Victor André Cornil pada tahun 1875.
Meskipun gentian violet nama terus digunakan untuk noda histologis, nama itu tidak digunakan dalam industri pewarna dan tekstil. Komposisi noda tidak didefinisikan dan pemasok yang berbeda menggunakan campuran yang berbeda. Pada tahun 1922 Komisi Stain Biologi menunjuk sebuah komite diketuai oleh Harold Conn untuk melihat ke dalam kesesuaian produk komersial yang berbeda. Dalam buku Biologi Stains nya Conn menggambarkan gentian violet sebagai "campuran buruk didefinisikan rosanilins violet".
Jerman ophthalmologist menenangkan Jakob dikreditkan dengan menemukan sifat antiseptik gentian violet.  Ia menerbitkan monografi tahun 1890 tentang efek bakterisidal solusi yang ia namai "pyoktanin" yang mungkin campuran pewarna anilin mirip dengan gentian violet.  Ia mendirikan sebuah kolaborasi dengan E. Merck & Co untuk memasarkan "Pyoktanin caeruleum" sebagai antiseptik.
Pada tahun 1902, Drigalski dan Conradi menemukan bahwa meskipun kristal violet menghambat pertumbuhan bakteri banyak, ia memiliki pengaruh yang kecil pada coli Bacillus ( Escherichia coli ) dan Bacillus typhi ( Salmonella typhi ), yang keduanya bakteri Gram-negatif .  Sebuah banyak penelitian yang lebih rinci efek gentian violet Grübler pada strain bakteri yang berbeda diterbitkan oleh John rohaniawan pada tahun 1912.  Ia menemukan bahwa bakteri yang paling Gram-positif yang sensitif terhadap pewarna sementara sebagian besar bakteri Gram-negatif tidak dan mengamati bahwa pewarna cenderung untuk bertindak sebagai agen bakteriostatik daripada bakterisida .


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal    : Senin, 12 November 2012
Waktu             : 09.00-11.15 WITA
Tempat            : Lab. Mikrobiologi Lingkungan Jurusan Kesling

B.     Jenis kegiatan
Pemeriksaan pewarnaan gram

C.    Uraian Kegiatan
1)      Persiapan sampel
1.      Siapkan objek glass yang bersih dari lemak;
2.      Gunakan jarum ose steril, ambil sampel sedikit bakteri di agar nutrient pada tabung reaksi;
3.      Berikan NaCl satu tetes pada permukaan kaca preparat;
4.      Campurkan sampel bakteri pada tetes NaCl kemudian putar searah jarum jam;
5.      Setelah itu bakar jarum ose hingga pijar karena bekas mengambil sampel bakteri;
6.      Uapkan NaCl yang telah tercampur dengan sampel bakteri pada lidah api bunsen;
7.      Bila sudah kering lalu di fiksasi dengan cara lewati lidah api sebanyak tiga kali;

2)      Persiapan pewarnaan
1.      Oleskan perwarna pertama Gentian Violet di atas kaca preparat yang berisi sediaan bakteri sampai menutupi sampel bakteri yang sudah mengering dan tunggu dalam tiga menit;
2.      Lalu cuci dengan air keran hingga bersih;
3.      Tambahkan Lugol pada kaca preparat hingga menutupi sampel bakteri dan tunggu selama satu menit;
4.      Kemudian cuci dengan alkohol 96% hingga merata, bertujuan untuk sampel warna pertama dapat larut;
5.      Lalu cuci dengan air keran hingga bersih;
6.      Lalu beri warna kedua Fucsin pada kaca preparat hingga menutupi sampel bakteri selama dua menit;

1.      Lalu cuci dengan air keran hingga bersih;
2.      Kemudian di keringkan atau diangin-anginkan dan diberi alas tisu agar sisa warna tidak berceceran;
3.      Setelah semua kering lalu beri minyak pelicin lalu amati dengan mikroskop;
4.      Atur mikroskop terang gelapnya dan fokuskan obyeknya pada mikroskop.

D.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pewarnaan gram kali ini yaitu:
1)      Jarum ose;
2)      Alkohol 96%;
3)      Pipet tetes;
4)      Tissue;
5)      Gelas objek;
6)      Korek api;
7)      Bunsen;
8)      Air keran atau aquadest;
9)      Larutan Gentian Kristal Violet;
10)  Larutan Lugol;
11)  Kaca preparat;
12)  Karbol Fuchsin Z;
13)  Mikroskop.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil







Hasil pewarnaan Gram
Bakteri Gram positif: Biru-ungu (ungu kebiru-biruan).
Bakteri Gram negatif: Merah kekuning-kuningan.




B.     Pembahasan
Perbedaan antar gram positif dan negatif adalah pada lapisan dinding selnya. Pada bakteri gram positif, dinding selnya sebagian besar terdiri atas peptidoglikansehingga akan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan gram, sedangkan bakteri gram negatif, dinding selnya sebagian baser terdiri atas lipid atau lemak dankadar peptidoglikan sangat rendah sehingga akan menghasilkan warna merah pada pewarnaan gram.
Perbedaan bakteri gram positif dan negatif apabila dilihat di bawah mikroskop adalah warna yang dihasilkan bakteri. Bakteri garam positif menyerap warnaungu sedangkan pada bakteri gram negatif menyerap warna merah. Menurut Wahyuni (2011) pada bakteri gram positif, larutan ungukristal membuat sel berwarna ungu. Saat penetesan larutan iodium, kompleks ungu kristal-iodium terbentuk di dalam sel. Dinding sel










Thursday, 1 November 2012

DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN SANITASI AIR BERSIH DI KELURAHAN BANGKAL KECAMATAN CEMPAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Air merupakan hal terpenting dalam keperluan kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Karena makhluk hidup sangat bergantung dengan air. Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat dengan begitu luas lingkungan perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada di bumi terdapat di bawah permukaan tanah di bawah pori-pori batuan. Air yang letaknya berada di bawah permukaan tanah biasa disebut dengan air tanah. Contoh air tanah seperti sumur bor, dan  sumur gali. Selain air tanah, ada juga air permukaan. Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah misalnya danau dan sungai. Kehidupan makhluk hidup bergantung dengan pasokan air yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah (menurut Anonim1, 2008). Karena begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia maka perlu diketahui bagaimana proses mendapatkan serta pengolahan air minum untuk konsumsi  sehari-hari. Untuk mengetahui bagaimana proses tersebut, maka perlu diadakan suatu praktek yang bertujuan untuk menanyai serta memberikan saran tentang cara mendapatkan air serta bagaimana proses pengolahannya dengan cara langsung terjun kemasyarakat.



B.     Tujuan
1.      Untuk  Mengetahui volume air untuk keperluan rumah tangga per orang per hari berkaitan dengan kecukupan untuk minum, masak, praktik kebersihan dan keperluan lainnya.
2.      Untuk mengetahui cara pengolahan air minum sebelum dikonsumsi/diminum .
3.      Untuk Mengetahui keadaan fisik air minum konsumsi serta untuk keperluan sehari-hari.

C.     Manfaat
Untuk mewujudkan seorang sanitarian atau ahli kesehatan lingkungan yang berkualitas maka praktek ini sangat bermanfaat, karena dapat mengetahui kualitas air fisik konsumsi secara langsung yang terjun ke rumah-rumah Masyarakat.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan.
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
1.     Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.
2.     Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
3.     Biaya dan pemulihan biaya.
a.       Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.
b.      Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut:
1.      Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
2.      Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
3.      Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
4.      Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5.      Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
STBM mulai diuji coba tahun 2005 di 6 kabupaten (Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim, Muaro Jambi, dan Sambas). Sejak tahun 2006 Program STBM sudah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah menyusun rencana strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masing-masing. Dalam 5 tahun ke depan (2010 – 2014) STBM diharapkan telah diimplementasikan di 20.000 desa di seluruh kabupaten/ kota.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
a.       Setelah buang air besar 12%,
b.      Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
c.       Sebelum makan 14%,
d.      Sebelum memberi makan bayi 7%,
e.       Sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.




Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. (menurut Linsley, 1991).
PENTINGNYA AIR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Beberapa macam penggunaan air:
1.      Pemakaian domestic, mandi, cuci, minum, toileting
2.      Pemakaian industri
3.      Pengangkutan/pelayaran
4.      Sumber tenaga mekanik/hydro electric
5.      Peternakan/pertanian/irigasi
6.      Rekreasi
7.      Penguraian kotoran
8.      Penelitian, ilmu pengetahuan
9.      Spiritual

Sumber Air
       Air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah
1.      Air permukaan yang merupakan air sungai dan danau.
2.      Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam.
3.      Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (menurut Situmorang, 2007).

Adapun sumber air yang biasa digunakan oleh masyarakat adalah:
1.      Air ledeng atau PDAM: dari perusahaan air minum yang dialirkan lengsung ke rumah dengan beberapa titik kran biasanya menggunakan meteran;
2.      Air dalam kemasan ataupun air isi ulang. Misalnya air dalam bentuk kemasan buatan pabrik dan air galon;
3.      Sumur bor ata pompa: menggunakan pompa dengan alat untuk menaikkan airnya, baik pompa listrik maupun pompa tangan. Sumur bor ini dapat berupa sumur pompa dalam (>= 30 meter dalam tanah) atau sumur pompa dangkal (< 30 meter);
4.      Sumur gali terlindung: digali secara manual berbentuk bulat atau persegi, yang menaikkan airnya menggunakan ember atau timba dengan cara ditarik, menggunakan kerekan, timbangan atau pompa. Dikatakan sumur gali terlindung bila sumr tersebuti lengkapi bibir sumur mnimal setinggi 60 cm dari permukaan tanah;
5.      Sumur gali tidak terlindung. Bila sumur gali yang ada tidak dilengkapi dengan bibir sumur, permukaan di sekeliling sumur berupa tanah atau bebatuan atau retak atau terdapat genangan air;
6.      Mata air terlindung: mata air yang dilengkapi dengan bak semen tertutup sehingga air terhindar dari pencemaran;
7.      Penampungan air hujan: penampungan dalam bentuk drum, bak atau tabung yang menampung air hujan dari talang rumah, baik yang digunakan sendiri araupun bersama;
8.      Air sungai atau danau atau irigasi.
Sumber Utama Air Minum Lain
1.      Air kemasan: air dalam bentuk buatan pabrik, baik botol, gelas, atau galon;
2.      Air isi ulang: dari perusahaan air isi ulang, biasanya tidak bermerk dan dalam ukuran galon air.

A)           Kualitas Air
Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya:
1.       Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;
2.       Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
3.       Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;
4.       Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan PLTA.
B)    Teknologi pengolahan air
1.      Menggunakan Klorinasi,
a.       Larutan 1.25% sodium hypochlorite.
tersedia dalam kemasan botol dan sachet tinggal tambahkan sesuai takaran, kocok dan tunggu 30 menit, air siap diminum.
b.      Tablet  klorin effervescent (mencair sendiri)
Tablet klorin dimasukkan ke dalam bejana penyimpanan air hingga 30 menit sebelum   digunakan. Tablet tidak dihancurkan .
2.      Penyinaran

1.      Matahari: Solar desinfection (SODIS)
UV-A merusak strukktur sel bakteri. UV-A (panjang gelombang 320-400 nm) bereaksi dengan oksigen terlarut dalam air dan menghasilkan oksigen sangat reaktif (oksigen radikal bebas dan hidrogen peroksida), juga merusak mikroorganisme patogen. Inframerah radiassi memanskan air. Jika suhu air naik di atas 50  C, meningkatkan proses desinfeksi tiga kali lebih cepat;
2.      Lampu UV
Lampu khusus yang memancarkan radiasi UV yang dapat menghancurkan bakteri 250 nm dan 270 nm. Sinar UV gelombang pendek (185nm) cukup kuat untuk menghasilkan ozon, hidroksil radikal bebas lain yang dapat menghancurkan bakteri.

Kualitas Fisik Air Minum
a.       Keruh, tidak bening karena terdapat partikel terlarut dalam air atau ada endapan;
b.      Berwarna, kuning atau coklat dan lain-lain, tidak termasuk karena warna buatan atau disengaja diberi warna;
c.       Berasa, asin atau anta dan lain-lain, tidak termasuk karena rasa buatan atau disengaja diberi rasa;
d.      Berbusa, bila digoyang mengeluarkan busa dan atau berlendir;
e.       Berbau, bau karena logam, asam, belerang, busuk dan lain-lain.

PERANAN AIR DALAM MEMINDAHKAN PENYAKIT
Ada 4 cara peranan air dalam memindahkan penyakit
1.      Water Borne Disease
Air yang mengandung kuman pathogen :
a.       Penyakit kolera
b.      Penyakit Typoid
c.       Hypatitis Infektiosa
d.      Disentri Basiler
2.       Water Washed
Berkaitan erat dengan air yang digunakan untuk membersihkan alat-alat dapur dan personil
a.       Penyakit diare
b.      Penyakit kulit
c.       Water Based Disease
Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan penjamu yang hidup dalam air
Penyakit schistosomiasis, Vektor Insekta yang berhubugan dengan air yang disebabkan oleh nyamuk Malaria, yellow fever, DHF



BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.           Hari dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Hari dan Tanggal        : Senin, 10 Oktober 2012
Waktu                         : 09.00 s.d 11.00 WITA
Tempat                        : Kelurahan Bangkal kecamatan Cempaka

B.            Alat dan Bahan
1.      Alat tulis;
2.      Kamera Hp;
3.      Formulir Penilaian.

C.            Cara kerja
1.      Siapkan alat  tulis dan bahan;
2.      Lakukan wawancara terhadap pemilik sarana air bersih tersebut;
3.      Lakukan pengamatan, penilaian terhadap sarana memperoleh air bersih.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      HASIL
            Dari semua rumah warga kelurahan Bangkal kecamatan Cempaka, kami mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banjarbaru dari kelompok IV mengunjungi dan menanyakan tentang air bersih, sebagian besar jenis sumber air untuk keperluan rumah tangga seperti MCK yang digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali terlindung dan hanya satu keluarga yang menggunakan sumur gali tak terlindung.
            Jumlah pemakaian air untuk keperluan rumah tangga ( termasuk minum dan masak ) dalam sehari semalam rata-rata perkepala keluarga  48 liter air.
            Dari semua rumah warga yang kami kunjungi, sebagian besar jenis sumber air utama untuk keperluan minum rumah tangga berasal dari sumur gali terlindung dan sedikit rumah menggunakan sumur gali tak terlindung dan sumur gali tertutup.
            Jumlah pemakaian air untuk keperluan minum rumah tangga dalam sehari semalam rata-rata 5 liter perkepala keluarga.
            Dari data kuisioner yang kami dapatkan, diperoleh data bahwa jarak ketempat penampungan kotoran/tinja warga masing-masing berkisar > 10 meter.
            Jarak dan lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh air kebutuhan minum warga kebanyakan berada di dalam rumah dengan rentang waktu < 1 menit karena menggunakan pompa listrik.
            Data kuisioner kami menunjukkan bahwa air untuk kebutuhan minum masyarakat diperoleh dengan mudah pada musim kemarau, walaupun air mulai surut tapi tetap masih bisa mengambil air bersih.
            Dari observasi kami pada kualitas fisik air minum warga memiliki warna bening, berasa dan berbau karena memasak air dengan kayu bakar sehingga berbau gosong dan berasa latat.
            Dari data yang kami dapatkan, diperoleh data bahwa kebanyakan masyarakat memperlakukan air kebutuhan minum dengan cara pengolahan memasak air menggunakan bahan bakar kayu bakar.
            Berdasarkan data yang disampaikan, tempat penyimpanan air kebutuhan minum warga  menggunakan teko, ember atau panci tertutup dan termos.
Berikut hasil persentase tebel kuisioner kelompok IV terhadap masyarakat Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka
NO
PERIHAL
FREKUENSI
PERSEN
1.
Air ledeng/PDAM
0
0 %
2.
Sumur bor/pompa
22
95,65 %
3.
Sumur tertutup           
1
4,34 %
4.
Sumur gali tak terlindung
2
8,69 %
5.
Air kemasan
0
0 %
6.
Air isi ulang
0
0 %
7.
Air Sulit di musim kemarau
1
4,34 %
8.
Air mudah di musim kemarau
22
95.65%
9.
a. kekeruhan
b.berwarna
c. berasa
d.berbusa
e. berbau
1
0
4
0
3
04,34 %
0 %
17,39 %
0 %
13,04 %
10.
Pengolahan air untuk minum :
a.dimasak
b.klorinasi
c.dispenser
d. tidak diolah

22
0
1
0

95,65 %
0 %
04,34%
0 %

Menderita gangguan kesehatan akibat air minum yg dikonsumsi.
a. Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak


1
15
0


0,06 %
65,21 %
0 %
Sakit perut/diare
15
65,21%
Muntah-muntah
0
0 %
JUMLAH
100
100

B.       PEMBAHASAN
Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka merupakan desa yang dihuni sebanyak 28.328 orang atau meliputi 14,21 % dari total sensus kota Banjarbaru. Mayoritas penduduknya menggunakan sumur gali terlindung sebagai sumber air utama untuk kegiatan rumah tangga seperti MCK, minum dan memasak. Mudahnya mendapatkan air bersih karena sebagian besar  penduduknya menggunakan bibir sumur setinggi kurang lebih satu meter sehingga kualitas air sedang dan terkadang saja masyarakat terkena sakit perut atau diare, karena sumber air melimpah pada musim hujan dan pada musim kemarau, sebagian besar masyarakat sangat boros sekali menggunakan air. Hasil data yang kami dapatkan masyarkat rata-rata perkeluarga menggunakan air sebanyak 48 liter per hari hanya untuk digunakan MCK, untuk memasak dan minum yang digunakan sebanyak 5 liter air per hari.
Di daerah bangkal mengandung tanah merah laterit. Tanah merah laterit adalah tanah yang keras hingga air tanah temperangkap, jadi tanah yang digali mengandung air tanah yang melimpah.



BAB IV
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
            Hasil praktek observasi penelitian kami di Kelurahan Bangkal Kecamatan Cempaka, ternyata hampir semua rumah menggunakan sumur gali namun terlindung. Dan jumlah pemakaian air untuk keperluan rumah tangga seperti MCK (termasuk dalam penggunaan untuk minum dan memasak rata-rata menggunakan  air kurang dari 48 liter sesuai jumlah keperluaan dalam keluarga tersebut). Sumber air digunakan untuk keperluan air minum rumah tangga sebagian menggunakan air sumur gali terlindung dan tertutup kemudian dimasak dengan kayu bakar. Dan untuk jumlah pemakaian minum dalam sehari semalam rata-rata menggunakan air kurang lebih 5 liter.
            Berdasarkan Hasil kuesioner kami, jarak penampungan kotoran atau tinja  rumah masyarakat tersebut, sebagian besar memiliki tempat pembuangan didalam rumah nya sendiri. Untuk jarak pengambilan air minum rata-rata menggunakan listrik sehingga mereka tidak perlu bersusah payah untuk mengambil dari sumur tersebut dan ada juga perempuan dewasa yang mengambil air karena jarak tempuh kurang dari 10 meter dan waktu selama 5. Air untuk kebutuhan minum sangat mudah didapatkan setiap musim hujan dan musim kemarau walaupun pada musim kemarau air mulai surut tapi masih tetap mencukupi kebutuhan air sehari-hari.
            Cara pengolahan yang dilakukan sebelum air minum itu di konsumsi mereka terlebih dahulu mengambil air tesebut dan meletakkannya kedalam panci lalu dimasak menggunakan kayu bakar. Dan hasilnya berbau gosong dan berasa latat.


B.       SARAN
1.        Kepala Kelurahan Bangkal Kecamatan Cempaka seharusnya mengingatkan masyarakat setempat agar tidak menggunakan air secara boros dan menggunakan air sesuai yang diperlukan saja;
2.        Mengadakan sosialisai tentang berhemat dengan air bersih karena siklus air tidak bertambah dan tidak berkurang, kerana siklus air tetap maka air bersih setiap tahun selalu berkurang. Dan itu sangatlah mubazir dan juga boros.
3.        Mengadakan penyuluhan tentang keagamaan tentang mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan pada kita semua. Dengan membuang-buang air maka itu sama saja dengan tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah memberikan air yang melimpah.
4.        Untuk puskesmas pembantu di Kelurahan Bangkal untuk lebih tanggap lagi untuk wabah diare terutama pada anak usia balita yang sangat rentan terkena diare.
5.        Kita sebagai mahasiswa calon kesehatan lingkungan harus turut tanggap terhadap masalah lingkungan di sekitarnya.



DAFTAR PUSTAKA
5.      BPS KOTA BANJARBARU banjarbarukota.bps.go.id



BOLEH COPAS ASAL MENYERTAKAN NAMA SUMBERNYA^^..
SALAM TRIA-CHAN