Di pagi yang cerah, burung-burung berkicau. Aku duduk termenung dekat jendela di loteng atas. Desiran angin pagi masih menusuk tulang berlulang kedinginan memaksa ku memakai selimut yang amat tebal. Jendela yang masih diselimuti embun tebal dan aku pun menggosok tangan ke jendela agar tidak menghalangi ku melihat keluar. Bak film proyektor, memori nostalgia dahulu terkenang indah sekaligus menyakitkan dalam pikiran ku.
Kenangan manis yang dulu pernah terukir kini kembali terkuak oleh otakku yang hampa dalam kesunyian. Sunyi dari suara celotehannya yang riang menenangkan hati siapapun yang mendengarnya. Hari-hari ku suram tanpanya. “Arggh!” geramku. Andai saja ia tahu betapa sakitnya dan terluka hati ini yang rapuh.
***
Aku, Sundari, dan Fatmah masih bersekolah di MTs Al-Muna. Waktu itu aku dan juga sahabatku duduk di bangku kelas 9. Masa-masa di MTs sangat menyenangkan seperti belajar bersama, bermain bersama, hingga main olok-olokkan nama orangtua. Maklum masih nakal-nakalnya waktu MTS.
Pada suatu hari adik kelasku yang bernama Rahman kabarnya ada suka sama aku, sahabatku yang memberitahu. Tapi aku tidak menghiraukan karena kupikir sahabatku hanya bergurau saja. Namun hari berganti hari Rahman selalu saja tersenyum kepadaku pada saat berpapasan berjalan. Aku pun berpikir apa kata sahabatku ini benar adanya bahwa Rahman benar suka sama aku.
Pada malam hari tiba aku sedang asyiknya membuat teh untuk menghangatkan badan tiba-tiba Hp berdering nyaring dan ternyata ada panggilan nomor tidak dikenal. Aku terdiam sesaat lalu hp berhenti berdering. Tidak lama kemudian hp kembali berdering keras, lalu aku angkat perlahan dan mendengarkan suara sang penelpon misterius.
“Halo!”
“Halo ini siapa?”Jawabku lembut.
“Apa betul ini Dian?”
“Iya, saya sendiri. Kamu siapa?” Dengan santai
“Aku Rahman, adik kelas kamu” Jawabnya.
“Kamu dapat nomor aku dari siapa?” Jawabku penasaran sekaligus kaget
Dari teman sekelasmu. Listaria.”
“Oh dari listaria ya?” Jawabku dengan malas
“Iya.” singkatnya.
“Kamu kenapa nelpon aku malam-malam?” Tanyaku heran sekaligus curiga mendadak.
“Hmm.. gpp aku cuma ingin berkenalan denganmu saja.”
“Berkenalan? Duh maaf ya aku dimarahi sama ortu aku malam-malam nelpon. Nanti aja ya.” Jawabku takut-takut. Keringat dingin ku mulai bercucuran deras.
“Ya udah deh “.kapan-kapan telpon lagi.” Dengan perasaan kecewa.
“Wassalamuallaikum”.
“Wallakumsallam”.
Klik! Telpon pun terputus. Aku pun melanjutkan bikin teh favoritku.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah dengan semangat menggebu-gebu tuk menuntut ilmu dan beberapa saat kemudian aku melihat dia berjalan kaki di pinggir trotoar. Dia memberi ku sebuah senyuman manis dan aku memberi senyuman apa adanya. Setiba sampai di sekolah seperti biasa shalat duha terlebih dahulu setelah itu baru belajar.
Sempat aku bertanya pada teman ku, Listaria apakah dia yang memberi nomor Hp ku pada Rahman dan dia mengangguk santai. Aku pun sedih kenapa juga nomor ku diberi pada adik kelas yang gak kukenal. Aku pun lantas keluar kelas dengan perasaan jengkel dan sedih dengan teman ku yang satu ini.
Pada jam istirahat aku pun curhat dengan kedua sahabatku.
“Duh…. Fatmah,Sundari. Aku mau curhat nih?” Dengan suara memelas.
“Curhat apa? Sini kami dengerin kamu curhat sobat!”.Sahutnya dengan nada semangat.
“Kalian tahu kalo si Rahman adik kelas kita suka sama aku?” Jawabku lesu.
“Iya tahu kok. Memangnya kenapa?” Tanyanya penasaran.
“Tahu gak kemarin dia menelpon ku malam-malam dan ternyata dia tahu no Hp ku dari Listaria. Sumpah banget aku kesal sekali.” Dengan emosi meningkat tujuh kali lipat yang ku duga.
“Kok bisa sih?” Jawab Sundari singkat.
“Ya bisa lah soalnya Rahman minta nomor aku dari Listaria katanya sih mau kenalan gitu”. Jawabku apa adanya dan terasa lesu.
“Trus kamu ladenin kah sama dia?” Api amarah Fatmah mulai tersulut.
“Sedikit sih, soalnya aku takut kalo ortu ku tahu kalau telponan sama cowok asing”. Jelasku.
“Aku harap jangan kamu ladenin cowok yang tampangnya playboy gitu!” Bentak Fatmah.
“ Ga lagi aku ladenin”. Jawabku lunglai.
“ Ok, aku setuju ya jangan kamu ladenin dia” Seru Sundari dan Fatmah.
“ Ok setuju!” Dengan semangat.
***
Hari-hari ku jalani dengan senyum semangat menuju ke sekolah yang sederhana. Meskipun tidaklah besar namun aku tetap senang, guru-guru semuanya ramah dan semua mata pelajaran aku sukai itulah sebabnya betah menjalani setiap hari belajar. Sekolah ku bernama MTs Al-Muna, dimana sekolah ku termasuk sekolah swasta, meskipun swasta tapi SPP tidak lah mahal menurut ekonomi orang tua hanya Rp. 27.700/ Bulan, tapi ada juga sebagian teman yang tidak mampu membayar uang SPP namun untunglah dari pemerintah ada beasiswa khusus bagi yang tidak mampu dan Alhamdulillah bisa terbantu. Dan dalam masalah buku paket,tidak diharuskan membeli cukup meminjam buku diperpustakaan mini milik sekolah. Itu sangat membantu meringankan beban membeli buku. Tak perlu membeli lagi.
Sekolah MTs Al-Muna memiliki fasilitas 3 ruang kelas untuk kelas 7,8, dan 9; untuk MI memiliki ruang kelas 3; untuk kelas 1 sampai kelas 6, kelas 1,2,5,6 masuk pada pagi hari sedangkan untuk kelas 3 dan 5 masuk pada siang hari, selain itu Al- Muna memiliki Taman Kanak-Kanak atau TK memiliki ruang kelas 3; 1 ruang kelas untuk Tk nol kecil dan 2 ruang kelas untuk Tk nol besar. Al-Muna juga memiliki TPA dan PAUD. Itu pendidikan pokoknya, penujang lainnya ada kantin, aula,wc, dll. Meskipun banyak fasilitas yang kurang tapi aku dan juga teman-teman lain merasa senang dengan kekurangan tersebut kami belajar mensyukuri nikmat apa adanya. Walaupun ada rada jengkel juga kalau air keran mampet terpaksa kami wudu di sungai belakang sekolah. Ya harus belajar menikmati apa adanya begitu kata sang guru.
Jam belajar telah berlalu dan saatnya pulang ke rumah. Melewati hari yang cukup melelahkan. Sang surya perlahan menenggelamkan diri tuk beristirahat sejenak dan tugasnya pun beralih pada sang rembulan untuk menerangi gelapnya malam. Sesudah selesai menjalankan shalat Magrib aku pun nenonton televisi sebentar lalu pergi ke kamar untuk belajar. Malam pun semakin larut lalu aku memutuskan pergi tidur.
***
Ayam berkokok nyaring tanda sang mentari mulai menampakkan dengan malu-malu dan aku pun terbangun, jam dinding menunjukkan waktu pukul 5 tepat. Lalu aku pergi mandi kemudian berwudu dan shalat subuh. Setelah sarapan pagi aku berangkat sekolah yang di antarkan oleh bapak. Di tengah perjalanan aku melihat Rahman lagi di pinggir trotoar.dan sekali lagi,dia memperlihatkan senyum manisnya kepada ku. Tapi aku tidak menggubrisnya sama sekali.
Sehabis pulang sekolah aku mampir ke Manca, perpustakaan mini milik kantor tempat bapak aku kerja. Kebetulan ada buku yang sangat aku suka. Beberapa waktu kemudian ada Rahman mendatangi aku dan menyerahkan sesuatu padaku, entah apa isinya. Dan dia berkata: “ maukah kamu jadi pacar aku” ujarnya. Aku tersentak kaget, tak percaya apa yang di katakan padaku. Dia menyerahkan kalung yang berbentuk love yang bisa dilepas dan dua buah bross berwarna crimson. Aku terdiam sejenak. Memastikan apakah pikiran ku masih waras. Ternyata aku masih waras. “ maaf aku belum bisa, aku harus berpikir”. Spontan kata-kata itu keluar dari mulut ku. “ aku tunggu jawabanmu” jawabnya lunglai. Entah otakku berbicara: “Kamu bodoh Dian, kenapa tidak kamu terima? Dia pria yang baik, dia sudah gentlemen mau mengungkapkan rasa suka ke kamu. Kamu seharusnya terima dia”. Aku sadar, aku diliputi rasa bersalah yang amat terdalam. Aku sudah mengecewakan hati seseorang yang mencintai ku.
***
Pada malam kamis, aku disuruh sama orang tua tuk membeli singkong di pasar malam revolusi. Dengan senang hati aku membeli pesanan orang tua sekaligus cuci mata di pasar siapa tahu ada barang yang ku incar, stiker raksasa naruto. Maklum, aku memang penggemar serial anime naruto. Apapun yang namanya berbau naruto mulai dari the movie, ringtone, poster, hingga stiker aku buru. Di kamar ku banyak banget poster-poster sang pahlawan ku. Namun, ada aturan Islam melarang memajang gambar makhluk bernyawa seperti gambar naruto kesayangan ku. Dengan berat hati aku pun melepas satu persatu hingga ludes tak tersisa.
Aku pun segera berangkat ke pasar malam tapi sebelumnya aku ngajak Rahman buat ke pasar malam, ya hanya sekedar menemani aku nyari singkong. Dan akhirnya dia mau menemani aku nyari singkong. Sesampainya di pasar malam aku nyariin dia, “dia kemana sih?” pikir ku. Aku telpon beberapa kali dan ketemu juga akhirnya. Tanpa di rencanakan, baju ku dengan bajunya sama berwarna crimson. Waduh, jangan-jangan. Tapi ku tidak boleh berpikir macam-macam. Aku dengannya bercerita banyak hal mulai dari teman, sekolah, hingga keluarga masing-masing. Dan sampai akhirnya ku tidak kunjung mendapatkan singkong pesanan orang tua ku. Sesampai di rumah tinggal menunggu wejangan saja dari orang tua karena tidak mendapatkan apa yang di pesankan.
Ku berpikir, apaku terima saja ya si Rahman? Ku ambil hp dan aku sms dia. Aku menerima sebagai pacarku. Dia sangat senang sekali. Dan inilah awal dari kisah cintaku.
***
Hari-hari ku bersama nya serasa dunia hanya milik berdua begitu istilah peribahasanya. Dan kedua sahabat ku, Fatmah dan Sundari akhirnya tahu bahwa ku resmi menjadi pacarnya dia. Sahabatku lalu menghampiri ku.
“ dengar-dengar kamu udah jadian ya sama Rahman?” jawabnya jutek.
“ iya, memangnya kenapa?” dengan perasaan was-was. Perasaan ku jadi tidak enak.
“kapan kamu jadian?” Jawab Fatmah dengan pasang tampang serius sekali kepada ku.
“tadi malam.” Dengan enteng jawaban ku.
“dimana?” semakin penasaran.
“di sms.” Singkatku.
“apa kamu sudah pernah ketemuan?” matanya semakin melotot seakan hendak menerkamku.
“sudah.”
“kenapa kamu jadian.” Mukanya semakin masam saja.
“ya aku merasa bersalah saja karena dia pernah nembak ku tapi aku belum jawab. Dan akhirnya aku nerimanya.” Jawabku panjang lebar.
“Dian, kamu itu terlalu baik dan polos ya.” Dengan memasang tampang kasihan kepadaku.
“polos kenapa?” Jawabku ragu-ragu.
“kan sudah ku bilang dia itu cowok playboy”.
“memangnya kamu tahu dari mana dia seorang playboy? Kamu saja belum terlalu kenal dengan dia?” bela ku dengan semangat berapi-api.
“tampangnya sudah kelihatan”.
“wajah belum tentu sama dengan sifatnya jadi jangan kamu sok tahu ya” ancamku
“ya sudah kalau kamu tidah percaya sama kita” jawab serentak kedua sahabatku.
Aku dan kedua sahabat ku bertengkar hebat. Dan akhirnya sama-sama tidak mau mengalah alias keras kepala batinku. Aku jadi tidak habis pikir kenapa sahabatku begitu tidak sukanya pada Rahman. Kalau hanya sekedar menilai secara fisik itu belum tentu juga sama menilai dengan sifatnya. Aku benar-benar heran.
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan telah terlampaui. Aku menjalani hidup dengan riang gembira bersamanya. Ya, bersama Rahman, kekasihku. Aku sangat beruntung banget mempunyai seorang kekasih sebaik dan seperhatiannya kepadaku. Dia selalu ada untukku. Bila aku butuh dia, dia selalu menemaniku. Bila ku sedang sakit dia selalu mengkhawatirkanku dan selalu menanyakan keadaanku bagaimana. Dia juga memperhatikan ku dalam soal makan. Maklum lah, aku memang susah untuk makan. Makanya badanku kurus kecil. Aku sangat bersyukur pada Tuhan aku mendapatkan jodoh yang terbaik yang pernah ada. Namun kebahgiaan ku tidaklah berlangsung lama.
Tiga tahun lebih kemudian. Aku sudah beranjak kelas dua belas dan dia baru masuk kelas sepuluh. Komunikasi semakin jarang, telpon sudah hampir tidak pernah lagi. Alasannya selalu sibuk kerja di bengkel mobil milik bapaknya. Aku masih bisa mengerti keadaannya yang super sibuk. Hari-hari kulewati hingga berminggu lamanya. Dia masih tetap saja jarang komunikasi padaku, kalau tidak aku duluan sms dia pasti tidak ada kabarnya. Aku sangat sedih, dimana perhatiannya dulu kepadaku? Dimana rasa khawatirnya padaku? Hampir setiap hari ku selalu saja menangis memikirkan dia. Dan ku juga selalu berdoa pada Tuhan semoga dia berubah seperti dulu, perhatian padaku.
Selidik punya selidik ada temanku memberitahuku bahwa Rahman punya selingkuhan. Awalnya ku tidak menggubrisnya karena ku yakin Rahman tidak akan menyakitiku tapi aku lihat dengan mata kepalanya sendiri aku lihat dia sama cewek lain! Kepalaku langsung berputar. Badan ku langsung lunglai tak berdaya. Hatiku teramat sakit seperti mengukir sebuah lubang yang tiada tahu kapan sembuhnya. Benar juga temanku tidak berbohong. Sejurus kemudian ku memutuskan hubungan dengannya. Ku tak mau hatiku terluka lagi oleh sebuah pengkhianatannya.
Beberapa bulan kemudian ada anak kelas sebelas yang bernama Fahri meminta nomor hp ku. Dengan senang hati ku memberinya, akupun smsan dengan Fahri. Sms hanya sekedar menanyakan bagaimana kabar dan lagi pelajaran apa. Lambat laun aku melihat dia gerak-geriknya mencurigakan. Sepertinya dia suka denganku. Aku hanya menganggapnya sebagai bercanda saja tapi dia menganggpnya serius. Dia serius menembak ku lewat sms. Ku tersentak kaget. Ku belum menjawabnya sekarang. Ku butuh waktu berpikir. Lagian kumasih teringat pada Rahman yang amat kucintai. Aku berpikir sangat lama. Mungkin ini saatnya ku melupakan Rahman, mencari pengganti tambatan hatiku yang baru. Menggantikan belahan jiwa yang sebagian hilang dari ragaku. Sebulan kemudian ku menerima permintaan jadi kekasihnya. Perasaan lega sudah mendapatkan tambatan hati dan ada juga ada perasaan sedih menggelayuti pikiranku. Apa aku mulai dari nol lagi untuk kisah cintaku? Ku menerima dengan lapang dada. Ini mungkin takdir Tuhan yang sudah digariskan. Dan untuk Rahman yang kucinta, semoga kamu bahagia bersama pasangan mu. Aku turut bahagia bila kau bahagia meskipun engkau bahagia dengan orang lain. Kita memang tidak untuk ditakdirkan berjodoh. Hanya Tuhan yang tahu kapan ku bisa jalan bareng hanya melepas rinduku padamu.
Sekarang ku sudah cukup bahagia bersama Fahri. Ku merencanakan kedepannya, ku bila lulus dari madrasah ku melanjutkan kuliah dan kerja sampai selesai dan setelah itu ku kan menikah dengannya. Mudah-mudahan Tuhan membimbingku dengan baik dan bahagia bersama fahri. Amin Ya Robbal Allamin….
^_^ Sekian ^_^
Terinspirasi dari pengalaman kehidupan Tria Wardhani.
Pesan: “ Belajarlah mencintai orang yang hari ini masih milikmu sebelum dia pergi dari hidupmu. Hari ini mungkin dai masih mencintaimu, tapi mungkin besok takkan ada lagi cinta untukmu dan mungkin besok kau yang akan lebih dicintai. Jadi jangan pernah sia-siakan cinta yang sekarang ini mengisi hatimu =)
Good Blog..:)
ReplyDeleteTria... Liat blog aku juga ya:
http://carta-de-michael.blogspot.com
and punya Huda:
http://lettre-de-raphael-seraphim.blogspot.com
Blognya baru dibuat, jadi kalau jelek, maklum ya baru belajar...
TIPS - Titanium Tiles - TIPS - TITanium
ReplyDeleteBuy Titanium Tiles online at TITanium Art titanium 170 welder · infiniti pro rainbow titanium flat iron TITS, Titanium-Tiles is an item. · Find TITS online 실시간 바카라 사이트 at TITaniumArt man titanium bracelet and other Tiles products at titanium exhaust tubing TITaniumArt.