Seringkali kita menyalahkan setan sebagi biang kerok dari segala dosa yang kita perbuat. Padahal kalau kita lihat dalam Al-Quran, setan itu hanya bisa mengajak pada perbuatan dosa. Setan dan Iblis tidak bisa memaksa berbuat dosa. Setan hanya mengajak dan memprovokatori manusia untuk berbuat dosa. Manusia mempunyai hak memlilih untuk melakukan perbuatan dosa atau tidak.
Dalam Kitab Suci Alqur’an Surat Ibrahim ayat 22 :
Berkata Syaithan “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan padamu janji yang benar,dan akupun telah menjanjikan kepadamu,tetpi akau menyalahinya.Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu (manusia),melainkan (sekedar) aku menyeru kamu,lalu kamu mematuhi seruanku,, Oleh sebab itu janganlah kamu mencercaku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali kali tidak dapat menolongmu,dan engkaupun tidak dapat menolongku.Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukanku (dengan Allah) sejak dahulu.Sesungguhnya orang yang zalim itu mendapat siksaaan yang pedih.
Jadi jelaslah kita tidak dapat menyalahkan setan. Apalagi memintanya bertanggung jawab atas dosa yang kita perbuat. Kita mengantuk waktu mengaji, setan kita salahkan. Kita berbuat maksiat, setan pula kita salahkan. Padahal jelas dalam ayat di atas, setan hanya bisa menghimbau dan menyeru, tidak bisa memaksa, apalagi secara fisik menarik tangan kita untuk memegang wanita yang bukan muhrim, atau menarik bibir kita untuk mencium perempuan yang disukai. Tapi kalau sudah kejadian maksiat terjadi, biasanya kita ngomong “Dasar Setan..!!!”...Padahal setan Cuma menjalankan sumpahnya dan menjalankan perannya sebagai bentuk kekecewaaannya di usir dari surga.Inilah yang perlu kita waspadai, dendam Iblis begitu besar kepada manusia. Dia diusir dari surga karena kesombongannya, karena itu iblis berusaha menularkan penyakit congkak dan sombong ini kepada manusia, untuk menyeret manusia bersama dengannya ke Neraka. Kesombongan iblis terhadap Adam adalah kesombongan yang disebabkan oleh nasab (asal muasal). Dan kemudian kesombongan itu menyeretnya kepada kesombongan terhadap perintah Allah swt. Jadi kalau ada manusia yang merasa bangga dan sombong karena nasab (asal muasalnya), misalnya turunan raja, keraton, atau turunan kyai, maka manusia ini sudah jadi murid iblis.
Dan para orang yang banyak ilmu, orang yang ditokohkan, orang yang banyak nasehat bukanlah orang yang dikecualikan. Kalau manusia sudah tertulari penyakit ini, tak peduli apapun profesinya dan pekerjaannya, setinggi apapun ilmunya, sebanyak apapun amal kebajikannya, dia akan menganggap dirinya sebagai yang paling baik dan menganggap pihak yang berbeda dengannya tidak bernilai bahkan sebagai musuh. Orang seperti ini sudah susah dinasehati, merasa benar sendiri. Seolah Surga hanya miliknya sendiri.
Jadi kuncinya sebenarnya adalah perkuat benteng iman dari himbauan dan provokasi setan iblis laknat jahanam ini, bukan hanya bisa menyalahkan, tapi tidak menambah tebal benteng iman dengan banyak mengaji, mengamal, membela, mendatangi pengajian, dan meningkatkan Taqwa kita pada Allah dan RasulNya.
Ada baiknya kita berpegang pada suatu kaidah ini. Apabila kita berpihak pada sesuatu, maka mesti ada pihak yang dikorbankan. Kalau kita berpihak pada jalan Allah, maka setan korbannya karena seruannya gagal. Kalau kita berpihak pada seruan Setan, maka Allah korbannya. Tinggal kita memlih , mengorbankan Setan atau mengorbankan Allah.
No comments:
Post a Comment