BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makan adalah kebutuhan pokok manusia. Setiap hari kita harus
makan supaya kita mempunyai energi untuk beraktivitas. Idelnya menurut teori,
manusia perlu makan 3 kali sehari untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Bila sebelumnya
makan berarti harus mengkonsumsi nasi, maka seiring dengan perubahan gaya
hidup, manusia tidak hanya mengkonsumsi nasi selama makan. Nasi sebagai
sumber karbohidrat yang mensuplai prosentase terbesar untuk energi bisa
digantikan dengan sumber karbohidrat yang lain. Seperti kentang, roti gandum,
cereal, dll
Tapi karena kebiasaan memakan mie dapat menggantikan nasi
sebagai pengganjal perut sementara. Mungkin hampir semua
orang Indonesia pernah mengkonsumsi mie instan atau setidaknya mengetahui mie
instan melalui iklan yang sering tayang dalam siaran iklan TV. Bahkan iklan
salah satu merek mie instant di Indonesia sempat ditiru oleh salah satu
kandidat Capres pada saat Pilpres tahun 2009 yang lalu.
Mie instan adalah mie yang sudah dimasak terlebih dahulu dan
dicampur dengan minyak, dan bisa dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan
menambahkan air panas dan bumbu - bumbu yang sudah ada dalam paketnya.
Mie instan diciptakan oleh Momofuku Ando pada 1958, yang kemudian
mendirikan perusahaan Nissin dan memproduksi produk mie instan
pertama di dunia Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mie Jepang) rasa ayam. Peristiwa penting lainnya
terjadi pada 1971 ketika Nissin
memperkenalkan miee dalam gelas bermerek Cup
Noodle. Kemasan miee adalah wadah styrofoam tahan air yang bisa digunakan untuk
memasak miee tersebut. Inovasi berikutnya termasuk menambahkan sayuran kering
ke gelas, melengkapi hidangan miee tersebut. Menurut sebuah survei Jepang pada tahun 2000, miee instan
adalah ciptaan terbaik Jepang abad ke-20,
(Karaoke di urutan kedua dan CD hanya di urutan ketiga). Hingga 2002, setidaknya ada 55
juta porsi miee instan dikonsumsi setiap tahunnya di seluruh dunia.
Mie
instan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh PT Lima Satu Sankyu yang
berdiri pada bulan April 1968. Pada 1977 perusahaan ini merubah namanya menjadi
PT Lima Satu Sankyu Indonesia yang lantas dirubah lagi menjadi PT Supermie
Indonesia sesuai dengan merk dagang utamanya Supermiee.
Mie
instan merupakan salah satu makanan terfavorit warga Indonesia. Bisa dipastikan
hampir setiap orang telah mencicipi mie instan atau mempunyai persediaan mie
instan di rumah. Bahkan tak jarang orang membawa mie instan saat ke luar negeri
sebagai persediaan "makanan lokal" jika makanan di luar negeri tidak
sesuai selera.
Indomie adalah merek mie instan yang paling
terkenal di Indonesia - saking terkenalnya, orang Indonesia
memanggil mie instan dengan sebutan "indomie" walaupun yang
dikonsumsi tidak bermerek Indomiee. Merek mie instan lainnya yang terkenal
antara lain adalah Supermie, Sarimie, Salam Mie, Mie ABC, Gaga Mie, dan Mie Sedaap.
Produsen yang mendominasi produksi mie instan di Indonesia adalah Indofood Sukses Makmur yang memproduksi Indomie, Supermie dan
Sarimie.
Saat
ini, Indonesia adalah produsen mie instan terbesar di dunia. Dalam hal
pemasaran, pada tahun 2005 Tiongkok menduduki tempat teratas, dengan 44,3 milyar
bungkus, disusul dengan Indonesia dengan 12,4 milyar bungkus dan Jepang dengan 5,4 milyar bungkus. Namun Korea Selatan mengonsumsi mie instan terbanyak per kapita,
dengan rata-rata 69 bungkus per tahun, diikuti oleh Indonesia dengan 55
bungkus, dan Jepang dengan 42 bungkus.
Bahaya
mie jika terdapat bakteri E. Colli yang tidak sesuai dengan standar Nasional
yang ditetapkan. Standar Nasional Indonesia menetapkan Mie instan dengan ALT
(30
C, 72 jam), batas maksimum 1
koloni/gram. Jika berlebih dapat dikatakan
untuk tidak layak dikonsumsi karena dapat menyebabkan diare akut dan kematian
karena dehidrasi, terutama rentan pada usia balita.
Upaya
pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan,
tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makakan dan proses
pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan
makanan, antara lain adalah higienis perorangan yang buruk, cara penanganan
makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih.
B.
Tujuan
1. Agar
dapat mengetahui tingkat kontaminasi makanan yang telah diolah dan siap untuk
dikonsumsi atau disantap;
2. Mengetahui
populasi kuman atau jumlah bakteri dalam suatu bahan, misalnya air, makanan dan
minuman;
3. Bisa menghitung jumlah kuman yang ada dalam suatu bahan;
4. Memenuhi
tugas laporan Mikrobiologi Lingkungan
C.
Manfaat
Memberikan
dorongan atau motivasi kepada pengusaha dan karyawan agar terus meningkatkan
kesehatan pengolahan makanan dan menghindari hal-hal yang dapat memungkinkan
terjadinya kontaminasi terhadap makanan yang dikelolanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hitung angka
kuman
Hitung angka kuman bertujuan untuk mengetahui jumlah
bakteri pada sampel. Prinsip dari
pemeriksaan ini menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada Plate Count Agar.
Hitung angka kuman dilakukan pengenceran bertingkat bertujuan agar koloni tiap
plate dapat dihitung. Tahap akhir, jumlah koloni dari tiap plate dikali dengan
pengenceran dan dicari rata-rata dari semua plate. Nilai yang didapat adalah
Jumlah Angka Kuman dari Sampel yang di Periksa.
Escherichia coli
Escherichia coli, atau biasa
disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utamabakteri gram negatif.
Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherichini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan
makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara
menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah
daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang.
E.
Coli yang tidak berbahaya
dapat menguntungkan manusia dengan memproduksivitamin K2,
atau dengan mencegah baketi lain di dalam usus.
E.
coli banyak digunakan dalam
teknologi rekayasa
genetika. Biasa digunakan sebagaivektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk
dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat
cepat dan mudah dalam penanganannya. Negara-negara di eropa sekarang sangat
mewapadai penyebaran bakteri E.Coli ini, mereka bahkan melarang mengimpor
sayuran dari luar
Nutrient
Agar
Agar nutrien adalah
mikrobiologi media pertumbuhan yang umum digunakan untuk budidaya
rutin non-pemilih bakteri. Hal ini berguna
karena tetap solid bahkan pada suhu relatif tinggi. Juga, bakteri tumbuh
di nutrient agar tumbuh di permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni
kecil. Dalam kaldu nutrisi, bakteri tumbuh dalam cairan, dan dipandang
sebagai zat pekat, bukan rumpun sejelas dibedakan. Agar nutrien biasanya
mengandung:
·
air suling
- pH
disesuaikan dengan netral (6,8) pada 25 ° C.
Metode MPN (Most
Probable Number)
Untuk uji kualitas mikrobiologi dalam praktikum
kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang
bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak
membentuk spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam
dangas dalamwaktu 48 jam pada suhu 35
C. (Hastowo, 1992).
Dalam metode MPN digunakan
medium cair, berbeda dengan metode cawan yang mengguakan medium padat (agar).
Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang
ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi dengan timbulnya kekeruhan atau
berbentuk gas dalam tabung durham. (Lay, 1992).
Media Lactose Brooth
(LB)
Digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
coliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya
(pre-enrichment broth) untuk Salmonella
dan dalam mempelajari fermentasi latosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan
ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk metabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme
coliform. Lactose broth dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton.; dan
0,5% laktosa. (Lay, 1992)
Colony counter
Alat ini berguna untuk mempermudah
perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena adanya
kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang
sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni
pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.
Cawan
Petri (Petri Dish)
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan
(kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan
cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam
ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media
sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media
sebanyak 10 ml.
Cara perhitungan didasarkan pada anggapan bahwa sel-sel mikroorganisme yang
terdapat dalam sampel atau bahan jika dicampur atau dibiakkan masing-masing
akan membentuk koloni yang Nampak dan terpisah. Jadi yang terhitung adalah
kuman yang hidup (viable) dan dapat tumbuh membentuk koloni dalam suasana yang
disediakan. Populasi kuman yang ditentukan (dihitung) per-ml untuk bahan cair
dan per-gram untuk bahan padat.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Hari tanggal :
Senin,
22 Oktober 2012
B. Tempat :
Lab
Mikrobiologi Lingkungan Kesehatan Lingkungan
C. Jam :
09.00-11.15 WITA
D. Alat dan Bahan :
NO
|
Alat
|
1.
|
Botol
contoh/petridish;
|
2.
|
Kantong
plastik steril;
|
3.
|
Sendok
dan pisau steril;
|
4.
|
Lampu
spiritus;
|
5.
|
Termos
es/Box sampel;
|
6.
|
Kertas
label dan alat tulis;
|
7.
|
Mortar
dan Stepler;
|
8.
|
Tabung
Reaksi;
|
9.
|
Neraca
Ohaus;
|
10.
|
Pinset
steril.
|
NO
|
Bahan
|
1.
|
Alkohol
70%;
|
2.
|
Aquadest
steril 9 ml;
|
3.
|
Aquadest
90 ml;
|
4.
|
Nutrient
Agar;
|
5.
|
Sampel
Makanan;
|
6.
|
Kertas
label dan alat tulis.
|
E. Cara
kerja:
1. Pertama
cuci tangan menggunakan alkohol 70%;
2. Sampel
makanan yaitu mie dihaluskan menggunakan mortar dan stepler;
3. Setelah
halus kemudian ditimbang menggunakan neraca ohaus sebanyak 10 gram;
4. Masukkan
ke dalam botol yang berisi aquadest 90 ml menggunakan pinset yang telah dibakar
sebelumnya;
5. Bibir
botol dipanaskan terlebih dahulu;
6. Kocok
dengan membolak-balikkan botol minimal sebanyak 25 kali hingga tercampur
merata;
7. Lalu
tutup botol yang sebelumnya dipanaskan lagi;
8. Siapkan
6 botol reaksi yang berisi aquadest sebanyak 9 ml;
9. Masing-masing
beri label control,
dan
;
10. Untuk
control kita sisihkan saja, tujuannya mengetahui keaseptisan kita. Jumlah
koloni bakteri pada control kurang dari sepuluh koloni;
11. Buka
kapas pada tabung rekasi lalu panaskan bibir tabung reaksi;
12. Botol
yang terdapat sampel makanan yang sudah diencerkan aquadest 90 ml lalu masukkan
ke tabung reaksi
menggunakan pipet ukur diambil sebanyak 1 ml;
13. Cara
mencampurkan yaitu sedot cairan aquadest menggunakan pipet ukur lalu keluarkan
perlahan-lahan, lakukan sebanyak tiga kali;
14. Tutup
kembali dengan kapas;
15. Lalu
ambil sampel dari tabung reaksi
ke
tabung reaksi
;
16. Buka
kapas pada tabung rekasi lalu panaskan bibir tabung reaksi;
17. Masukkan
sampel sebanyak 1 ml;
18. sedot
cairan aquadest menggunakan pipet ukur lalu keluarkan perlahan-lahan, lakukan
sebanyak tiga kali;
19. Lalu
ambil sampel dari tabung reaksi
ke
tabung reaksi
;
20. Buka
kapas pada tabung rekasi lalu panaskan bibir tabung reaksi;
21. Masukkan
sampel sebanyak 1 ml;
22. sedot
cairan aquadest menggunakan pipet ukur lalu keluarkan perlahan-lahan, lakukan
sebanyak tiga kali;
23. Tutup
kembali dengan kapas;
24. Buka
kapas pada tabung rekasi lalu panaskan bibir tabung reaksi;
25. Lalu
ambil sampel dari tabung reaksi
ke
tabung reaksi
;
26. Masukkan
sampel sebanyak 1 ml;
27. sedot
cairan aquadest menggunakan pipet ukur lalu keluarkan perlahan-lahan, lakukan
sebanyak tiga kali;
28. panaskan
lagi lalu tutup kembali dengan kapas;
29. Lalu
ambil sampel dari tabung reaksi
ke
tabung reaksi
;
30. Buka
kapas pada tabung rekasi lalu panaskan bibir tabung reaksi;
31. Masukkan
sampel sebanyak 1 ml;
32. sedot
cairan aquadest menggunakan pipet ukur lalu keluarkan perlahan-lahan, lakukan
sebanyak tiga kali;
33. persiapkan
cawan petri steril sebanyak 6 buah;
34. Masing-masing
beri label control,
dan
;
35. Panaskan
bibir botol yang berisi nutrient agar dan pinggiran cawan petri;
36. Masukkan
masing-masing sampel reaksi
dan
; ke cawan petri yang telah diberi label
dan
sebanyak 1 ml;
37. Lalu
beri nutrient agar hingga menutupi permukaan cawan petri;
38. Kocok
perlahan-lahan;
39. Masukkan
ke inkubator dan atur suhu optimum agar bakteri berkembang biak dengan baik;
40. Tunggu
hingga dua hari lagi;
41. Setelah
dua hari, lalu ambil dari inkubator;
42. Buka
cawan petri lalu bagaian atas nutrient agar di bersihkan dengan kapas yang
sudah dibasahi air;
43. Baru
dihitung secara manual dengan menggunakan spidol di titikin di bawah cawan
petri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Jumlah
koloni bakteri pada cawan petri setelah di dalam inkubator selama dua hari
sebagai berikut:
Control : 4 koloni;
ü Sampel
:
35 koloni;
ü Sampel
: 89 koloni;
Sampel
: 11 koloni;
Sampel
:
4 koloni;
Sampel
:
9 koloni.
Yang
dihitung di dalam sampel hanya sampel terdapat coloni bakteri 30-300 coloni
saja. Sisanya tidak dihitung.
Kita
hitung ALT atau Angka Lempeng Total pada sampel keseluruhan:
Rumus:
=
=
=
=
4405 koloni/gram.
B. Pembahasan
Persiapan
sampel makanan
Pertama
cuci tangan menggunakan alkohol 70% agar tidak terjadi kontaminasi saat
pengerjaan lalu sampel makanan yaitu mie dihaluskan menggunakan mortar dan
stepler supaya tercampur merata dengan aquadest kemudian setelah halus
ditimbang menggunakan neraca ohaus sebanyak 10 gram dan masukkan ke dalam botol
yang berisi aquadest 90 ml menggunakan pinset yang telah dibakar sebelumnya.
Masukkan
ke dalam botol yang berisi aquadest 90 ml menggunakan pinset yang telah dibakar
sebelumnya agar piset steril dari kuman lalu ibir botol dipanaskan terlebih
dahulu agar steril kemudian kocok dengan membolak-balikkan botol minimal
sebanyak 25 kali hingga tercampur merata lalu tutup botol yang sebelumnya
dipanaskan lagi.
Persiapan sampel makanan:
Siapkan
6 botol reaksi yang berisi aquadest masing- masing sebanyak 9 ml lalu masing-masing
beri label control,
dan
dan untuk control kita sisihkan saja,
tujuannya mengetahui keaseptisan kita. Jumlah koloni bakteri pada control
kurang dari sepuluh koloni.
Botol
yang terdapat sampel makanan yang sudah diencerkan aquadest 90 ml lalu masukkan
ke tabung reaksi
menggunakan pipet ukur diambil sebanyak 1 ml
kemudian cara mencampurkan yaitu sedot cairan aquadest menggunakan pipet ukur
lalu keluarkan perlahan-lahan, lakukan sebanyak tiga kali Lalu ambil sampel
dari tabung reaksi
ke
tabung reaksi
;
Masukkan
sampel sebanyak 1 ml kemudian sedot cairan aquadest menggunakan pipet
ukur lalu keluarkan perlahan-lahan, lakukan sebanyak tiga kali, ulangi hingga
tabung reaksi
.
Periapan
penanaman bakteri
Persiapkan
cawan petri steril sebanyak 6 buah kemudian masing-masing beri label control,
dan
lalu panaskan bibir botol yang berisi nutrient
agar dan pinggiran cawan petri dan masukkan masing-masing
sampel reaksi
dan
; ke cawan petri yang telah diberi label
dan
sebanyak 1 ml lalu
beri nutrient agar hingga menutupi permukaan cawan petri dan kocok
perlahan-lahan. Masukkan ke inkubator dan atur suhu optimum agar bakteri
berkembang biak dengan baik dan tunggu hingga dua hari lagi. Setelah dua hari,
lalu ambil dari inkubator lalu buka cawan petri lalu bagaian atas nutrient agar
di bersihkan dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air baru dihitung secara
manual dengan menggunakan spidol di titikin di bawah cawan petri.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
dan berdasarkan data hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa praktikum
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah Angka kuman dengan metode
Plate Count. Dalam pengenceran dan penuangan harus secara aseptis juga alat dan
bahan yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu. Angka kuman pada
praktikum bahan makanan pekat / gabin yaitu 0,67 koloni/gr.
B.
Saran
1. Dalam melakukan praktikum, harus
secara aseptis dan steril baik itu alat, maupun bahannya;
2. Dibutuhkan ketelitian dan ketekunan
yang tinggi;
3. Untuk menghitungnya harus teliti,
jangan sampai terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA