Saturday 1 June 2013

LAPORAN SLM DAN LUX METER


Lux meter dan Sound level meter (SLM)


BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spectrum pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, music dan sebagainya, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup (JIS Z 8106 (IEC60050-801) kosa kata elektro-teknik Internasional Bab 801 : akustikal elektroakustik)”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat menganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
Cahaya bisa dikatakan sebagai suatu bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Untuk mendukung teknik pencahayaan buatan yang benar, tentu saja perlu diketahui seberapa besar intensitas cahaya yang dibutuhkan pada suatu tempat. Maka, untuk mengetahui sebeapa besar intensitas cahaya tersebut dibuthkan suatualat ukur cahaya yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya cahaya dalam satuan lux. Pada laboratorium fisika luxmeter digunakan sebagai salah satu alat untuk melakukan penelitian ( research ) bidang ilmu yang memerlukan informasi intensitas cahaya yang lebih akurat. Luxmeter yang ada saat ini masih terbatas kemampuannya karena belum dilengkapi dengan memori penyimpanan data yang dapat disimpan setiap saat. Memori ini sangat bermanfaat pada saat luxmeter digunakan untuk
penelitian dengan dengan jumlah data yang banyak dan waktu yang lama serta data yang akurat.


B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengenalkan alat instrumentasi pengukur kebisingan dan intensitas cahaya yaitu Sound Level Meter dan Lux Meter.
2.      Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian, cara penggunaan dan terampil menggunakan instrumentasi pengukur kebisingan dan pengukur intensitas cahaya.


C.    Manfaat
Manfaat yang dapat dirasakan adalah memahami dengan baik dan benar penggunaan instrumentasi Sound Level Meter dan Lux Meter dan mencapai standar kompetensi yang diperlukan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

   A.    Sound Level Meter
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.
Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari yaitu normal berarti tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m), sedang berarti kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai dari jarak > 1,5 m, menengah berarti kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5 m, berat berarti kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m, sangat berat berarti kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m, dan tuli total berarti kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi.
   A.    Lux Meter
Cahaya tampak adalah merupakan energi yang berbentuk gelombang elektromegnetik yang panjang gelombangnya 400 nano meter -800 nano meter. Cahaya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-sehari, bak oleh manusia, hewan ataupun tumbuhan. Salah satu sifat cahaya yaitu bergerak lurus ke semua arah. Hal ini terbukti ketika sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru dalam sebuah ruangan gelap. Apabila cahaya terhalang, maka terjadi bayangan yang disebabkan cahaya bergerak lurus dan tidak dapat berbelok. Dalam kehidupan sehari-hari cahaya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, tanpa cahaya manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Terlebih lagi ketika berada didalam ruangan, peran cahaya sangat berpengaruh pada penglihatan manusia. 
Kuat maupun lemahnya intensitascahaya berpengaruh pada akomodasi mata yang dikenai cahaya tersebut. Bagian mata yang tanggap kebutaan, kesemua itu berhubungan dengan tingkat intensitas cahaya yang sampai kemata (J.F Gabriel 1996: 156-158)
Luxmeter merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Hasil pengukuran disaji-kan dalam format digital. Komponen alat meliputi rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel.Sensor diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel maka arus yang dihasilkannyapun semakin besar. Sensor yang digunakan adalah photo diode. Sensor ini termasuk jenis sensor cahaya atau optic yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Selanjutnya hasil pengukuran ditampilkan pada layar panel.
Berbagai jenis cahaya yang masuk pada lux meter baik itu cahaya alami atapun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor.  Berbagai warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda, dan panjang gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor photo diode. Pembacaan hasil pada Luxmeter dibaca pada layar panel LCD (liquid crystal digital) yang format pembacaannya pun memakai format digital. Format digital sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus. LCD memiliki karakteristik yaitu menggunakan molekul asimetrik dalam cairan organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal.


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

   A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum dilakukan pada hari Jum’at tanggal 14 Maret 2013 sampai dengan selesai yang dimulai pada pukul 09.00-14.00 WITA

   B.     Jenis kegiatan
Praktikum penggunaan instrumen pengukuran kebisingan dan intensitas cahaya

   C.    Alat dan Bahan
1.         Alat
a.    Sound Level Meter;
b.    Lux Meter.
2.         Bahan
a.    Alat tulis;
b.    Buku.



   D.    Uraian Kegiatan
a.     Mempraktekkan instrumen pengukuran cahaya dan kebisingan;
b.    Mengetahui cara penggunaan instrumen;
c.     Mencatat hasil pengukuran.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

   A.    Hasil
a.    Sound Level Meter
1.         Mengecek Baterai: Menggeser switch power di sisi kiri alat dari posisi OFF ke posisi ON, kemudian memperhatikan skala baterai pada sudut kiri bawah layar;
2.         Mengkalibrasi tombol Cal hingga muncul angka 94 dB
3.          Mengatur Respon: Slow untuk dilingkungan industri
4.         Mengatur Jaringan A;
5.         Level Range: untuk industri adalah 40-100 dB
6.         Mode Waktu: 5 menit;
7.         Mode Pengukuran: Laeq;


b.   Lux Meter
1.         Pengukuran General Lighting
a.         Ruangan dibagi menjadi grid (kotak) berukuran 90 ´ 90 cm kemudian diberi tanda (x) di setiap perpotongan grid
b.        Mengukur intensitas cahaya tepat di atas tanda (x) pada ketinggian ± 1,2 meter. Posisi badan berada satu jangkauan dari titik ukur dan tidak menghalangi sumber cahaya.
c.         Catat intensitas cahaya pada seluruh titik ukur kemudian hitung rata-ratanya.
2.         Pengukuran Local Lighting
a.         Bidang kerja dibagi menjadi dua atau tiga zona kemudian pada masing-masing zona diukur intensitas cahayanya.
b.        Intensitas pencahayaan lokal diperoleh dari rata-rata hasil pengukuran di beberapa zona.
3.         Pengukuran Reflectan
a.         Mengukur daya pantul: Menghidupkan alat kemudian meletakkan photocell tepat di atas bidang atau objek yang diukur. Catat intensitas cahaya yang datang (CD);
b.        Mengarahkan photocell merapat pada bidang yang diukur hingga intensitas cahaya = 0 lux;
c.         Menarik perlahan photocell, perhatikan intensitas cahaya yang terukur hingga nilainya konstan atau maksimal. Catat intensitas yang terbaca (CP).


   B.     Pembahasan
a.         Prosesedur penggunaan Sound Level Meter
1.        Memastikan posisi alat ± 1,2 m dari lantai/tanah, tidak terhalang bangunan, pohon, papan reklame dan sejenisnya, ada jarak dari barrier (≥ 3 meter), dan tidak dalam kondisi hujan;
2.        Sound Level Meter dapat dipegang atau dipasang pada trifoot dan mikrofon mengarah kepada sumber bising;
3.        Sebelum menekan tombol “start” pastikan alat telah disetting dengan benar sesuai bising yang akan diukur seperti pada berikut:
a.         Mengecek Baterai: Menggeser switch power di sisi kiri alat dari posisi OFF ke posisi ON, kemudian memperhatikan skala baterai pada sudut kiri bawah layar;
b.        Mengkalibrasi: Menekan tombol “Cal” sekali, kemudian layar menampilkan angka 94,0 dBA sesuai nilai yang tertera di atasnya. Jika angka yang tampil kurang atau lebih, atur dengan memutar “adjust cal.” pada sisi kiri alat;
c.          Mengatur Respon: Menekan tombol “slow/fast” untuk menentukan respon alat. Untuk pengukuran bising lingkungan gunakan mode “fast”.
d.        Mengatur Jaringan: Tekan tombol “A/C/P”  berulang-ulang, pilih mode “A” untuk Indonesia, karena baku mutu yang digunakan adalah dBA.
e.         Level Range: Menyeesuaikan level range dengan tingkat kebisingan yang ada di lapangan dengan menekan tombol panah atas atau bawah pada “level range” misalnya 40 s.d. 100 dBA.
f.         Mode Waktu: Menekan tombol “M. Time” beberapa kali sampai muncul angka yang sesuai dengan set waktu pengukuran. Biasanya digunakan 10 menit.
g.        Mode Pengukuran: Menekan tombol “Mode” beberapa kali sampai muncul pada layar “LAeq”
h.        Memulai Pengukuran: Pasang alat pada trifoot, kemudian tekan tombol “Start”. Data akan terekam dan berhenti dengan sendirinya pada set waktu yang ditentukan.
4.        Melakukan pengukuran selama 5 menit untuk bising tetap dan 10 menit untuk bising fluktuatif;
5.        Sound Level Meter akan berhenti secara otomatis sesuai waktu yang telah ditentukan, data tersimpan di dalam memori alat dan bisa dipanggil sewaktu-waktu meskipun alat telah dimatikan;


b.         Prosedur Penggunaa Lux Meter
a)        Memposisikan range pengukuran pada skala tertinggi dengan cara menggeser switch range ke bagian paling kanan (x100);
b)        Menghidupkan lux meter dengan menggeser tombol ”off/on” kearah On;
c)        Mengecek daya baterai dengan memastikan tidak ada tulisan “lobat” pada layar;
d)       Mengarahkan sensor cahaya di daerah yang akan diukur iluminasinya. Untuk penerangan umum, posisikan sensor sejauh jangkauan lengan menghadap sumber cahaya;
e)        Membaca hasil pengukuran pada layar panel;




BAB V
PENUTUP

   A.    Kesimpulan
Untuk mengetahui berbagai macam instrumen pengukuran kebisingan lingkungan maupun industri serta pengukuran intensitas cahaya, berbagai penggunaan dalam instrumentasi fisika lingkungan serta manfaat yang diambil.

   B.     Saran
Sebaiknya bahan instrumentasi semoga dilengkapi kekurangannya agar para mahasiswa tidak harus mengantri untuk praktek secara individu.


 DAFTAR PUSTAKA



Http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/9325/1/G06dpa_abstract.pdf diakses 23 Maret 2013


Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Jakarta  

NB: Boleh Copas asal dicantumkan sumbernya^^

Laporan Swingfog dan Spraycan




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal dalam tiga kelompok: Aedes, Culex, Anopheles. Nyamuk sebagai penyebab demam berdarah dan juga malaria, oleh karena itu harus ada upaya yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut.
Metode yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah dengan memutus sirkulasi hidup nyamuk, dengan membasmi nyamuk dewasa dan menghambat perkembangan larva menjadi nyamuk. Teknis pengendalian yang dilakukan meliputi fogging mesin (pengasapan), spraying (penyemprotan), mist blower, ultra light fogger (Pengkabutan) dan abatesasi (penaburan bubuk abate).
1.      Fogging (Pengasapan)
Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal Fogger). Target dari cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada diluar gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area (tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got (drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus termal fogger.
2.      Spraying (Penyemprotan).
Spraying atau penyemprotan adalah salah satu cara pengendalaian nyamuk dengan menggunakan alat semprot berupa knapsack sprayer atau hand sprayer dan mist blower dengan sasaran nyamuk dewasa, cara ini dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Treatment dilakukan pada semua tempat yang menjadi persembunyian nyamuk dan kecoa. Bagian bawah/sela (counter, dipan, meja, lemari, rak file), ruangan yang terbuka (office, lobby, corridor), dan public area lainnya.

B.     Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa dapat menggetahui cara kerja dari kedua alat ini;
2.      Mahasiswa dapat mengoperasikan swingfog dan spraycan.

C.    Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa terampil dalam pengoperasian dan cara-cara penggunaan swingfog dan spraycan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Penyemprotan Nyamuk
             Penyemprotan Nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh operator pest control yang sistem pekrjaannya adalah dengan melakukan Fogging (pengasapan) disekitar lingkungan yang sudah ada manusia kena gigitan nyamuk demam berdarah dan mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk menghindari agar nyamuk demam berdarah tidah bersarang dilingkungan anda diutamakan kebersihan daripada lingkungan dan disarankan dilakukan Fogging (pengasapan) yang dikerjakan oleh badan usaha yang profesional. prima professional siap untuk membantu anda apabila ada terindikasi menderita demam berdarah.

B.     Alat-alat Penyemprotan
            Nyamuk memang menyebalkan. Disamping sebagai vektor penular penyakit, nyamuk juga menimbulkan suara kurang nyaman di pinggir telinga ketika tidur dan rasa gatal yang menggangu ketika digigitnya. Terkadang bingung bagaimana cara efektif dalam memberantasnya. Ada alternatif dalam memberantasnya yaitu dengan cara penyemprotan.
            Sering kita menggunakan alat penyemprot nyamuk rumahan yang sangat familiar dengan kita. Alat yang sederhana berisi racun nyamuk yang langsung disemprotkan ke udara atau ke kolong tempat tidur. Tetapi tahukah anda ada beberapa macam alat dan metode dalam hal penyemprotan nyamuk. Berikut ini beberapa macam peralatan tersebut. Mungkin dapat anda jadikan referensi dalam pemberantasan nyamuk di sekitar anda.

1.      SwingFog.
      Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup  sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine  dan ultra low volume ground sprayer mounted.
      Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia-sia saja melakukan pengasapan.
      Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk dewasa yang mengandung virus . namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk.
      Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena resistensi terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain: malathion, temephos, tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion. Cara itu sangat lazim digunakan pada saat outbreak terutama pada bulam-bulan kritis seranga DBD. Walaupun bahan aktif yang digunakan itu tidak selalu efektif mengendalikan vektor karena dibeberapa tempat, Aedes sudah menunjukkan resistensi terhadap beberapa insektisida yang digunakan. Hampir semua populasi aedes aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih digunakan hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh naymuk dewasa tetapi tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan malathion 4 persen dengan pearut solar, yang dinilai masih efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius 100-200 meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai dua. Dalam kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan.
Bahaya Fogging:
a.       Dapat mengganggu saluran pernapasan
b.        Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.
c.         Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang  terkena asap fogging.
Cara-cara Pelaksanaan Fogging:
Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui mengenai fogging  antara ain sebagai berikut:
a.       Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti  dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan laju penularan DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging sia-sia.
b.      Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
c.        Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)
      Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:
a.       Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion, konsentrasi larutan adalah 4-5%.
b.      Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaraan yang diinginkan.
c.        Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.
d.      Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih 500 m2 atau 2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.
e.        Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk, yaitu 06.00 sampai 10.00.
      Dalam pelaksanaan foging ini pun telah diperhatikan hal-hal diatas shingga diharapkan hasilnya juga optimimum.
      Mesin pengabut Swing Fog dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan oleh Motan, bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.
      Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian bagian suku cadang yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa, hanya digunakan untuk menghidupkan mesin.

2.      Spraycan
      Alat yang satu ini hanya digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria. Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu, dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
      Kelebihannya : efektif dalam waktu yang lama. Kurang lebih 2-3 bulan. Fungsinya menahan nyamuk masuk kedalam rumah dan menghindari nyamuk menempel pada dinding dalam dan luar rumah.
Kekurangan : membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaanya. Sangat beracun bagi manusia terutama anak-anak.

3.      Penyemprot Biasa dan Hand Auto Maizer
      Ini sering kita gunakan dirumah tangga. Dan banyak dijual di pasaran. Cara kerjanya hanya menyemprotkan bahan aktif racun nya ke udara. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
Kelebihannya : dapat dikerjakan oleh siapa saja. Murah dan mudah.
Kekurangannya : hanya untuk skala kecil dan rumah tangga.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari / tanggal  : Kamis, 16 Mei 2013
Waktu             : 09.00 WITA – selesai
Tempat            : Workshop Jurusan Kesling

B.     Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah melihat dan memahami cara kerja mesin swingfog dan spraycan.

C.    Alat dan Bahan
1.      Swingfog
2.      Spraycan

D.    Cara Kerja
1.      Swingfog
a)      Masukan larutan pestisida, bensin, solar dan bateray sesuai dengan tempatnya pada mesin swingfog
b)      Hidupkan mesin dengan cara membuka kran bensin dan pompa sebanyak 5 kali, kemudian tekan tombol starter bersama-sama dengan dipompa beberapa kali hingga mesin hidup
c)      Angkat (gendong) mesin, arahkan moncong mesin ketempat-tempat yang akan di fogging
d)     Buka kran larutan maka asap akan menyembur keluar dari moncong mesin atau nozzle
e)      Jika target sudah selesai, kran larutan ditutup kembali hingga asap tidak lagi menyembur keluar dari moncong mesin.


2.      Spraycan
a)      Masukan larutan pestisida dan air kedalam tangki spraycan
b)      Pompa alat sebanyak 50 kali untuk mendapatkan tekanan yang sesuai
c)      Angkat (gendong) alat, arahkan nozzle kedinding rumah yang akan di semprot larutan
d)     Atur jarak antara nozle dengan dinding ± 46 cm agar lebar pancaran dapat mencakup 75 cm, lakukan selama 3 menit
e)      Jika penyemprotan telah dilakukan selama 3 menit, atur kembali tekanan dengan memompa sebanyak 25 kali agar tekanan tetap
f)       Lakukan sampai larutan dalam tangki habis.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

B.       Pembahasan
1.      Swingfog
Swingfog adalah alat yang sering digunakan dalam penyemprotan pada kasus Demam Berdarah atau Demam Chikungunya. Bahan aktif yang digunakan adalah malation (pada beberapa daerah tidak lagi menggunakan malation) Â dicampur dengan solar. Sebagai pembangkitnya menggunkan bensin. Prinsip kerja alat ini sangat unik. Cara menghidupkannya juga unik, yaitu dengan memompa pada bagian atas yang berbentuk bulat setengah lingkaran dan berbahan karet. Output yang dikeluarkannya adalah asap.
Mesin pengabut Swingfog dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan oleh Motan, bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.
       Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian-bagian suku cadang yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu bateray biasa, hanya digunakan untuk menghidupkan mesin.
2.      Spraycan
Spraycan adalah alat yang sering digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria. Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu, dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
Prinsip kerja alat penyemprot adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan dinding. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut.  Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.

BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari praktikum penggunaan alat swingfog dan spraycan dapat disimpulkan bahwa :
1.    Teknik atau cara ketika melakukan foging adalah dengan meletakkan mesin swingfog di bahu dan berjalan mundur menjauhi arah asap yang keluar dari nozzler.
2.    Cara penyemprotan yang dilakukan menggunakan spraycan adalah dengan menyemprotkan secara rata pada dinding rumah dan berjalan mundur menjauhi tempat yang sudah disemprot.
B.       Saran
1.         Ketika melakukan penyemprotan wajib untuk menggunakan APD  (alat pelindung diri) seperti masker dan sarung tangan.
2.         Selain itu menggunakan formulasi/ takaran yang sesuai dan efektif untuk nyamuk.
3.         Sebaiknya pelaksanaan foging dilakukan pada pagi hari ketika kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk, yaitu 06.00 sampai 10.00.
4.         Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaraan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Mengenal Macam-Macam Alat Penyemprot Nyamuk. http http://sobatsehat.com/2010/05/24/mengenal-macam-macam-alat-penyemprot-nyamuk/. Di akses pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 08.15 Wita.

Hermawan, Wawan. 2012. Alat dan Mesin. http://wawanhermawandr54.wordpress.com/2012/07/28/alsintan-xii1/. Di akses pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 08.25 Wita

Lala, Farath. 2012. Praktikum Fogging dan Miss Blower. http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/12/praktikum-fogging-dan-miss-blower.html. Di akses pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 08.17 Wita.

Muhammadh, Guti. 2012. Swingfog. http://gusti-muhammadh.blogspot.com/2012/05/swingfog.html. Di akses pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 08.11 Wita.

NB: copas Boleh asal menyertakan sumbernya^^